Sowon

Bella Puteri Nurhidayati
Chapter #4

[4.] Tugas Kelompok

“Bel, ada Rizal tuh di luar.”

Ucapan salah satu santriwati berhasil membuat kepala Nabel dan Sabel menoleh bebarengan. Mereka bertatapan sebentar lalu kembali menatap si pemanggil. Gadis itu terlihat kikuk.

“Sabel maksudku, hehe.” Nabel tersenyum hambar. Dia mengangguk lantas kembali melanjutkan aktivitasnya—melipat pakaian. Sudah biasa.

Di sekolahnya dulu, Nabel sering mendapati hal demikian. Dia kira di sini tidak akan mendapat hal itu lagi. Namun ternyata tidak.

Nabel memakluminya karena nama panggilannya dengan Sabel hampir mirip. Tapi, jauh dalam lubuk hatinya, Nabel merasa kesal. Kan bisa panggil nama lengkap agar dirinya tidak berharap lebih.

Sabel mengangguk paham. Gadis itu segera memakai jilbabnya lalu keluar dari kamar. Gerak-geriknya tak luput dari pantauan Nabel. Dia menghela napas panjang.

Usai menyelesaikan aktivitasnya, gadis itupun bangkit. Berjalan keluar dari dalam kamar. Lebih baik dia main ke kamar sebelah. Daripada otaknya terus mengingat kejadian tadi. Yang ada Nabel malah kesal sendiri.

TOK! TOK!

“Assalaamu’alaikum.”

“Wa’alaaikumussalam. Nabel toh. Sini masuk!”

Sasa mempersilakan Nabel masuk. Di sana, ada Nabila, Afi, Dina, dan Meta. Nabel sudah berkenalan dengan mereka semua.

Dia tersenyum. Perlahan, tungkai kakinya melangkah masuk.

Kamar yang dia singgahi kini bisa dibilang kecil. Hanya berisi 6 santriwati dan semuanya berasal dari SMP luar. Nabel tentu cepat akrab dengan mereka karena sama-sama baru di sini. Lain jika Nabel berada di kamarnya yang kebanyakan dihuni anak alumni. Dia minder duluan.

“Nanti habis shalat ngumpul, yuk. Ngerjain tugas kelompok yang tadi,” ucap Nabel kepada Sasa dan Nabila.

“Boleh,” jawab Sasa. Dia bangkit, berjalan menuju lemarinya. Mengambil cemilan lalu disodorkan ke hadapan Nabel.

“Dimakan, Bel.” Nabel tersenyum kaku. Gadis itu membalasnya dengan anggukan.

“Makasih, Sa. Nanti aja.”

Aufia Salsabila namanya. Gadis yang kerap kali disapa Sasa ini lulusan pondok sama seperti Nabel. Hanya tempatnya saja yang beda dengan Nabel. Wajah Sasa cantik, putih, dan manis kalau senyum. Punya lesung pipi. Sifatnya yang ramah dan bertutur kata halus membuat Nabel betah berteman dengannya.

Sasa tersenyum. Dia melanjutkan aktivitasnya yang tertunda—memakai hand body. Sepertinya, dia habis mandi. Nabel malah belum mandi karena sedari tadi sibuk mengurus pakaiannya yang ada di jemuran.

Dia menoleh ke arah Nabila yang sibuk menggambar dengan pensil. “Kamu bisa gak, Bil?” tanyanya. Nabila mendongakkan kepalanya sebentar. Aktivitasnya terjeda karena ulah Nabel.

“Bisa kok. Tapi aku mandi dulu.” Nabel terkekeh lantas mengangguk.

“Aku juga mandi dulu. Mau ngumpul di mana?”

Lihat selengkapnya