Space

icitbilala
Chapter #1

P R O L O G

Dentuman musik yang begitu keras mengalun ditelinga yang mendengarkannya. Volume bass full menggema hingga menyentuh keramaian jalan. Ribuan orang di dalam sebuah club ternama itu tampak sedang menikmati suasana yang begitu menyenangkan bagi mereka. Tidak jauh dari musik yang menggema, whisky digenggaman, serta wanita berpakaian minim yang menghangatkan pandangan kaum adam. Sungguh, Sabtu malam yang cukup indah.

Tak jauh dari mereka, segerombolan lelaki masuk. Mereka bukan dari kalangan lelaki biasa. Tampang yang menggiurkan kaum hawa, saku yang tebal. Bahkan popularitas papan atas dunia maya. Tak terkecuali Kevin, manusia tertampan dari bagian mereka. Disambut para gadis yang bergelayut manja dilengannya dengan bisep berisi. Dua kancing atas dibiarkan terbuka. Lengan pakaian dilipat sesiku.

Memang, Kevin sangat menikmati kehidupannya saat ini. Hanya untuk bersenang-senang. Seolah-olah ia ingin melupakan semua skandal. Skandal di masa lalu yang kelam.

Kevin mengacuhkan semua pandangan wanita yang melirik ke arahnya. Penuh dengan tatapan pesona. Ia juga tak peduli pada Lyona. Wanita selalu bergelayut manja di lengan lelaki berumur 26 tahun itu.

"Naufal," seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"Paan sih Ka? Ganggu hidup gue mulu?" sewot Kevin.

"Jangan ngelamun terus. Tar ada yang nyantol gimana? Jangan-jangan, lo ada masalah baru ya?" selidiknya.

Arka, teman sekaligus sahabat karib Kevin Naufal. Putra bungsu dari Kyle Naufal. Seorang sutradara ternama.

Arka tahu. Segala tentang kehidupan seorang aktor itu. Skandal yang dialaminya dahulu cukup pahit. Hingga Kevin tidak bisa membuka hati untuk wanita lain. Terkecuali, permainan sebagai pelampiasan.

"Seperti yang lo lihat," Kevin menyeringai. Ia mendesah berat. Frustasi.

"Kalau ada something, cerita aja sama gue. By the way, mau pesan apa?" tawar Arka.

"Biasa," Kevin duduk di salah satu sofa yang selalu menjadi bestcamp kameradnya.

Tak lama, Arka menyodorkan segelas minuman bersoda. Ia duduk samping Kevin.

"Lah kok?"

"Whisky?" Arka sudah tahu betul sikap Kevin kala frustasi. Bisa menghabiskan beberapa gelas hingga mabuk berat.

"Ambil aja sendiri," ujar Arka sembari menyeruput minuman bersoda favoritenya.

"Cih," ujar Kevin berlalu.

Diantara semua kameradnya, hanya Kevin dan Arka yang masih waras. Tidak seperti Rico dan Bard. Selalu saja mempermainkan wanita sesuka hati mereka. Sepuasnya. Tak pernah terlewatkan mereka membawa wanita ke dalam hingga pagi. Lalu mereka mengusirnya dengan senang hati. Sungguh terlalu.

Bahkan, menyentuh rokok pun Kevin tak pernah. Membawa wanita pun tak pernah. Ia berfikir. Semua akan lebih indah pada waktunya. Jika dilakukan dengan seseorang yang sangat ia cintai. Tanpa basa-basi. Hanya saja, terkadang Kevin selalu menonton film yang tak senonoh bersama kameradnya. Guna untuk mempraktikkan dengan pasangan halalnya dikemudian hari.

"Fal, lo perlu cerita. Gue tau kok lo lagi frustasi. Mikirin apaan sih?" tanya Arka ketika Kevin sudah duduk manis disampingnya dengan membawa 4 botol whisky ditaruh diatas meja.

Kevin mengusap wajahnya gusar. Ia tak bisa memendam sendiri. Arkalah tempatnya untuk bersandar.

Kevin mendesah terlebih dahulu sebelum angkat bicara. "Malam dia datang lagi ke mimpi gue."

"Oh, jadi ini yang lo maksud? Bukannya lo bilang udah move on ya?"

Kevin nyengir tanpa dosa. "Gue bilang move on supaya jadi doa. Nyatanya, semakin berusaha nyari cara buat ngelupain dia. Semakin cepat juga semua kenangan berputar kembali Ka," Kevin berucap datar. Menyeruput minuman bersoda tadi.

"Gue gak bisa Ka. Dia sulit sekali buat gue lupain. Gak tau karena gue yang terlalu cinta. Gak tau juga karena dia yang terlalu miss sama gue. Hingga datang ke mimpi kala gue udah berhasil ngelupain dia." Kevin menarik nafas. Membuangnya kembali.

"Di mimpi itu, dia balik kesini. Ada disekitaran gue."

"Terus? Apa hubungannya sama mimpi itu?" Arka tak mengerti.

"Gue miss berat. Gimanapun caranya. Besok, gue mau nyusul dia ke Jerman." Kevin meminum whisky. Satu botol.

Lihat selengkapnya