Space

icitbilala
Chapter #2

Space, 1

"Menurut pendapat saya. Banyak sekali zaman sekarang manusia yang tak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Bukan maksud menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan memang harus dilakukan setiap manusia. Maksud disini ialah lingkungan kemanusiaan.

Banyak sekali manusia yang tak peduli lingkungan. Lingkungan mereka lurus. Ya ikut lurus. Lingkungan mereka sesat. Ya ikut sesat. Semua itu tertanam dalam hati. Hati dan fikiranlah yang menentukan kemana arahnya tujuan kita melangkah seharusnya. Jangan pernah bergantung pada orang lain. Masa orang lain mau dimakan serigala ikut dimakan serigala juga. Nggak kan? Coba kalian tanya pada diri sendiri. Kenali diri sendiri. Apa yang kalian inginkan. Apa yang kalian harapkan. Coba kau raih itu semua. Mencoba dan mencoba. 

 Sebagian orang juga memandang orang lain dari kesimpulan. Bukan begitu? Diantara kesimpulan dan penjelasan. Manakah yang lebih awal? Jika kalian membuat suatu makalah atau suatu dokumen penting. Manakah yang lebih dahulu kalian tulis? Tentu saja penjelasan bukan kesimpulan. Jika kesimpulan terlebih dahulu kalian tulis. Darimana kalian akan mendapatkan penjelasan. Mengarang? Tentu tidak bukan?

Coba, jika kalian memandang seseorang. Lihatlah kelebihan. Bukan kekurangan. Jika dia melakukan suatu kesalahan. Jangan asal mengambil kesimpulan. Minta penjelasan padanya. Tanya dengan baik. Apa alasan dibalik yang dia lakukan. Jika kalian segera mengambil kesimpulan. Terutama kesimpulan itu tidak benar. Akan terjadi kesalah fahaman. Timbulnya fitnah. Menjadi sebuah permusuhan. Kalian tahu? Imam Syafi'i berkata; Seribu teman tidaklah cukup. Satu musuh tentulah banyak. 

Zaman sekarang. Banyak sekali timbulnya permusuhan melalui kesalah fahaman. Ada juga, permusuhan diakibatkan karena dendam. Iri hati. Dengki. Padahal, protagonis tidak memiliki salah terhadap antagonis. Jika kalian ingin memusuhi seseorang. Lihatlah terlebih dahulu. Jika orang itu lebih baik dari kita. Janganlah memusuhinya. Jika orang itu lebih buruk dari kita. Cukuplah Allah yang membalas perbuatannya. Karena Allah sebaik-baiknya hakim yang paling adil. " ucapnya penuh dengan wibawa.

Tepuk tangan para penonton menggema diruangan besar tertutup. Sorak sorai memeriahkan, meneriaki gadis yang tengah berdiri diatas podium. Pendukungnya, mengangkat banner berisikan foto dan nama gadis itu. Diangkat setinggi-tingginya. Memanggil-manggil namanya dari kejauhan. Gadis itu. Menatap dengan saksama kedepan. Tanpa rasa takut. Semua penuh dengan rasa keberanian hati dan jiwanya. Tak sedikitpun ia merasa gentar. Merasa gugup. Tidak. Manik biru kehijauan itu memancarkan salah satu sisinya.

Sebelum sesaat itu, sang juri memberikan komentar. Beberapa kalimat namun menyentuh hati. Ada diantara mereka juga hanya mengucapkan satu kata namun penuh makna. Hebat. Dari 600 lebih peserta, ia peserta terakhir. Yang memiliki jawaban paling memuaskan diantara seluruh peserta lainnya. Membuat siapa saja yang mendengarkan jawaban darinya terpana. Mengangumkan bagi setiap mata yang memandang.

Wajahnya diliput banyak media. Media social, koran, dan beberapa statasiun televisi nasional.

Ya. Ini bukan kali pertama gadis itu berdiri diatas podium. Entah keberapa kalinya ia berdiri disana. Berbicara. menyerukan semua isi hatinya terhadap para bedebah dizaman ini.

Mulanya, ia memang pribadi introvert. Walau dahulu banyak sekali orang yang menyukainya secara diam-diam. Bukan terang-terangan. Sangat kaku terhadap berbicara didepan orang banyak.

Namun, setelah melihat kejadian sehari-hari. Tentu saja bosan ia melihatnya. Ingin rasanya marah. Percuma saja, mereka tak akan mendengar. Hanya akan meremehkan dirinya yang saat itu masih dibawah umur.

Sejak saat itu. Ia mulai memberanikan diri. Mengikuti beberapa ajang audisi. Menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat. Dengan jawaban panjang lebar. Agar semua orang berhak tahu. Siapa dirimu sebenarnya.

Entah keberapa kalinya, mau tak mau ia menuruti perintah ayahnya. Walaupun ia menerima dengan berat hati. Ini pekerjaan ayahnya. Lantas? Mengapa ia berhak tahu? Bukankah ia memiliki seorang adik laki-laki juga?

Hanya saja, ia tak mau menyakiti hati ayahnya. Cukup masa lalu yang sudah menyakitinya.

Membosankan.

Membuatnya mengantuk. Hingga giliran tiba seorang gadis menjawab pertanyaan ayahnya. Jawaban yang sangat memuaskan didengar. Menyentuh hati. Mengangumkan.

Dari kejauhan. Sisi sebelah kanan terdepan. Ia dapat melihat jelas wajah gadi itu. Gadis yang berbicara penuh ambisi. Tanpa rasa takut menyergap dada. Membuat siapa saja yang memperhatikannya terpana.

Yang dirasakan Kevin saat ini. Ia memperhatikan dengan saksama wajah gadis itu. Memang, mulanya ia sangat tidak menikmati acara ini. Mengantuk. Entah mengapa, kala gadis itu angkat bicara. Seketika matanya terbuka lebar. Antusias.

Dibalik kacamata bulat besarnya, terdapat manik mata biru kehijauan. Sebelah kanan bawah bibir, terdapat karang cukup besar mampu terlihat dari kejauhan. Sepertinya ia gadis blasteran.

Oh tidak, Kevin merasakan desiran aneh dalam dada. Walau dari kejauhan, gadis itu tak melihatnya.

Diantara semua juri berkomentar. Hanya ayahnya saja berkomentar paling sedikit. Singkat, padat dan jelas. Satu kata mampu menyentuh hati. Hebat.

Lihat selengkapnya