Begitu Rosalie dan Divya naik ke bus Transjakarta, dua cowok di kursi belakang menatap mereka tanpa berkedip. Keduanya saling berbisik, sesekali melirik Rosalie dan Divya yang duduk dekat sopir. Rosalie memindahkan tas ranselnya dari punggung ke pangkuan, dan Divya mencondongkan badan ke arahnya.
"Ros." Dia berbisik." Mereka bakal nyamperin kita enggak, ya?"
"Cuek saja," sahut Rosalie. "Yang cool. Lo ingat kan, kita enggak boleh sembarangan kasih tanda tangan atau foto bareng."
"Ya iyalah, ingat," tukas Divya. "Tapi, ini pertama kali ada yang merhatiin gue di tempat umum begini." Kemudian, suara antusiasnya berubah sangsi. "Atau mereka lagi merhatiin elo, ya?"
"Kita berdua, mungkin. Kalau orang yang biasa muncul di TV tahu-tahu naik bus TJ dan pakai seragam abu-abu, pasti gue perhatikan juga."
Divya tampak puas dengan penjelasan ini. Dia mengibaskan rambutnya yang ikal sepundak. "Padahal gue pengin ke sana, menyapa mereka."
"Enggak usah." Rosalie tersenyum. "Nanti lo gondok kalau ternyata mereka salah ingat nama kita."
"Ih, dasar, enggak bisa lihat orang senang!"Divya mengeluarkan dua lembar kertas dari tasnya. "Belum hafal juga gue sama lagu baru ini. Lo sudah? Oh, pastilah ya, lo kan pintar menghafal."
Jika ada nada iri tersirat dari ucapan itu, Rosalie memilih mengabaikannya. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka berdua resmi jadi personil Sparkle, idol group yang hingga kini kerap dituduh menjiplak kelompok penampil lain yang sudah mendunia. Selama itu pula Divya sering senewen dan kadang melampiaskannya pada Rosalie.
Rosalie maklum. Hampir setiap hari mereka berlatih, lalu mengepas baju pentas, lalu berlatih lebih keras lagi. Belum lagi pontang-panting menyesuaikan jadwal sekolah. Pulang malam, bangun pagi, bersekolah, latihan, lalu pulang malam lagi. Begitu terus berulang-ulang, seperti hamster yang berlari tanpa henti di dalam roda. Jadi, senewen sudah menjadi sahabatnya juga.
Segala kerepotan inilah yang meyakinkan Rosalie kalau dia bukan sedang bermimpi. Cita-citanya sejak kecil, menghibur orang lewat nyanyian, telah terwujud. Yang juga menakjubkan, Divya, temannya sejak SMP, sama-sama terpilih dari ratusan gadis yang mengikuti audisi Sparkle.
Kita mesti siap kalau yang diterima cuma salah satu dari kita, ujar Divya menjelang pengumuman audisi. Saat itu mereka duduk berpegangan tangan di aula yang sesak oleh staf, wartawan, dan gadis-gadis yang lulus audisi pertama. Bau tubuh manusia yang begitu banyak membuat Rosalie agak pusing. Embusan udara AC menyapu kulitnya yang sudah dingin karena tegang.