SPATULA AYA

R Hani Nur'aeni
Chapter #8

Chapter 8

KETUKAN PINTU DI PAGI HARI



Aya sangat benci jika diajak pergi makan bersama oleh Ayahnya, hanya untuk memamerkan kepalsuan keluarga mereka saja. Ayah akan berpura-pura menjadi bapa yang baik agar mendapat pujian dari banyak orang. Namun, kenyataannya Aya dan Danu sering mendapat perlakuan buruk, Emak yang menjadi saksi hidup sikap buruk Ayah mereka selama ini.

Seperti pagi ini, ajakan Ayah untuk pergi ke suatu tempat, membuat isi rumah sibuk mendadak karena tidak mau Juragan Dadang sampai mengeluarkan aumannya.

Tok … tok … tok …

Suara ketukan pintu dari luar kamar membuat si penghuni kamar memasang telinganya. Aya sengaja diam agar dikira masih tidur, ia sedang malas hanya ingin rebahan di kasurnya.

Tok … tok … tok …

Tidak berapa lama terdengar lagi ketukan pintu itu hingga tiga kali. Aya tahu siapa yang mengetuk pintu, karena tidak berapa lama terdengar suara berat yang memanggil namanya.

“Aya … “

Dengan malas Aya terpaksa keluar dari balik selimut nyamannya yang terbuat dari beludru yang sangat halus, dengan corak langit biru cerah. Bola mata Aya mencuri pandang ke jam dinding di kamarnya, baru pukul enam kurang lima menit.

Krek …

Pintu kamar Aya terbuka, Ayah berdiri masih dengan baju tidurnya. “Aya, jam setengah sembilan kita akan pergi ke IPB Baranangsiang,” ujar Ayah datar. Setelah meyakini anak perempuannya paham apa yang diucapkannya, ia hendak beranjak pergi.

Suara serak Aya menahannya, “Ayah, kita mau kemana? Danu juga ikut apa Aya saja?” Mata Aya menatap bola mata Ayah dengan tanya, seolah meminta jawaban agar ia tahu apa yang harus dilakukan.

Satu lengkungan senyum terukir di wajah Ayah yang terlihat cerah tidak seperti biasanya. “Iya, Danu dan Emak juga ikut. Kamu bilang pada mereka agar lekas bersiap,” jelas Ayah dengan nada suara lembut. Tanpa menunggu jawaban dari anak perempuannya, Ayah melangkah pergi meninggalkan Aya.

Kedua alis mata Aya terangkat, mulutnya sedikit terbuka melihat sikap Ayahnya. Bertanya-tanya dalam hati apa Ayahnya salah makan atau sedang mengidap penyakit ganas yang akan segera merenggut nyawanya. Entahlah, tidak seperti Ayah yang selalu membentak dan marah-marah. Aya menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal sambil menguap. Membiarkan pintu kamar tetap terbuka, Aya masuk mengambil ponselnya lalu pergi ke kamar Emak.

~~~

Emak tidak ada di kamarnya, pasti ada di dapur pikir Aya. Ternyata dugaannya salah, tidak ada sosok wanita yang dicarinya di dapur, tapi di atas kompor ada ketel air nangkring. Tangan Aya menyentuh ketel air itu, masih panas. Termos juga sudah penuh, itu berarti Emak belum lama pergi, lalu kemana ya? Aya bertanya-tanya dalam hati, hilang kemana Emak yang sebegitu besarnya.

Krek …

Terdengar suara pintu dibuka, Aya yang sedang duduk di meja makan melihat perempuan gemuk menggunakan daster dengan outer hitam melangkah masuk ke dapur.

“Emak dari mana?” tanya Aya sambil berdiri melirik tangan Emak yang menggembol dua kantung plastik belanjaan. Melihat napas Emak yang naik turun, dengan sigap Aya mengambil kantung belanjaan, menyuruh Emak duduk dan memberi segelas air.

Mengintip isi kantung belanjaan, Aya paham kemana perginya Emak. Lekas tangan Aya mengeluarkan plastik transparan yang ukurannya lebih kecil dari kantung besar yang tadi digembol Emak.

Lihat selengkapnya