AYA
TERAPI DANU DENGAN DOKTER ANNA
Hasil tes bulan lalu akan dibacakan oleh dokter Anna, makanya Ayah ikut serta menemani Danu ke klinik. Selain sekolah, Danu masih terapi dengan dokter Anna untuk memantau perkembangan motorik dan sensoriknya. Untuk waktunya tidak rutin, tergantung dokter Anna dan keadaan Danu.
Dokter Anna sedang mengantar pasiennya ketika kami datang, Danu segera turun dari mobil begitu melihat sosok wanita dengan kulit hitam manis dan wajahnya yang ayu.
“Ddookter Annaaa … “
Melihat orang yang dipanggilnya fokus pada mobil yang mulai bergerak, Danu berjalan mendekat dan berdiri di samping dokter Anna yang sedang melambaikan tangan pada anak perempuan – yang muncul kepalanya dari jendela mobilnya menjauh dari klinik. Ayah, Emak, dan aku baru turun setelah melihat dokter Anna selesai mengantar pasiennya.
“Hai, Danu. Maaf ya, dokter Anna baru menyapa.”
Danu mengangguk, meraih tangan dokter Anna dan mencium tangannya. Dokter Anna tersenyum mengajak Danu masuk ke ruangannya. Ayah, Emak, dan aku membuntuti mereka.
Di ruangan dengan cat tembok putih bersih ada seorang wanita sedang membereskan beberapa alat peraga, sepertinya baru saja digunakan oleh anak perempuan tadi. Wanita itu berambut hitam panjang sebahu dengan wajahnya yang oval, bola matanya sedikit bulat dan bening, bibir tipisnya mengembangkan senyum ketika melihat kedatangan kami.
“Ini terapis baru ya, dok?” tanyaku, karena baru melihatnya. Sejak Danu kecil aku sering menemaninya terapi tapi baru melihat wanita itu.
“Namanya Wulan. Dia sudah lama kerja dengan saya, satu tahun lebih lah. Kebetulan kalau Aya antar Danu bukan bagian Wulan yang jadi terapis, jadi baru ketemu ya,” jawab dokter Anna dengan lembut.
Ya, dokter Anna lemah lembut dan keibuan, sangat cocok menjadi psikolog. Siapa pun yang mengobrol dengannya pasti merasa nyaman, karena dokter Anna orang yang ramah dan menyenangkan.
“Wulan, tolong diambilkan berkas atas nama Danu,” pinta dokter Anna sambil mengarahkan kami menuju sofa untuk duduk bersamanya. Dengan cepat wanita bernama Wulan memberikan satu map biru pada dokter Anna, kemudian ia mengajak Danu bermain bersamanya di karpet yang tidak begitu jauh dari sofa kami duduk. Emak berdiri hendak menghampiri Danu, baru dua langkah …