AYA
ULANG TAHUN CAHAYA (AYA)
KADO PERTAMA
Masih dalam balutan selimut aku mengejapkan mata beberapa kali lalu mengangkat tangan ke udara sambil menggeliat pelan. Hari ini adalah hari istimewa untukku,
“Selamat bertambah umur Cahaya, semoga di sisa umur ini diberikan keberkahan dan kebahagiaan."
Penuh semangat mengatakan ucapan selamat pada diri sendiri, kemudian menarik kedua pipi ke atas agar bibir ikut melengkung ke atas agar pagi ini diawali dengan hal yang baik. Setelah menyibakkan selimut aku duduk di sisi ranjang, memejamkan kedua mata, membayangkan kenangan lama di hari ulang tahunku saat Ibu masih hidup.
Ayah dan Ibu masuk ke kamar membangunkan dengan bernyanyi selamat ulang tahun dan membawa kue tart dengan lilin angka yang sesuai dengan hari ulang tahunku. Kemudian Ayah akan berpura-pura memainkan sulap untuk memberikan kado ulang tahun untukku.
Ah, sudah lima belas tahun berlalu. Tidak ada lagi lagu selamat ulan tahun yang untuk membangunkanku, tidak ada lagi kue tart dengan lilin angka, tidak ada lagi pertunjukan sulap Ayah dan kado ulang tahun sejak Ibu hamil Danu, Ibu sakit dan akhirnya meninggal.
Menghela napas, perlahan membuka kedua mata. Aku yakin suatu hari nanti akan ada seseorang yang melakukan semua itu untukku, akan tiba masanya. Kembali menghirup udara bebas agar mengisi rongga-rongga oksigen dalam tubuh untuk meyakinkan diri sendiri.
Tok … tok … tok …