SPATULA AYA

R Hani Nur'aeni
Chapter #13

Chapter 13

AYA

 

ULANG TAHUN CAHAYA (AYA)

KADO KEDUA

Mungkin karena pekerjaan mereka pengacara jadi datang sangat tepat waktu, jam sepuluh tepat mereka sudah duduk mengobrol dengan Ayah di ruang tamu. Emak yang tadi datang ke kamar memberitahu para pengacara itu sudah datang, Ayah menyuruh Emak memanggil aku untuk segera menemui mereka.

Bapak-bapak pengacara itu semuanya menggunakan jas dan dasi, satu diantaranya seumuran Ayah dan mereka sudah kenal dekat karena ia menyebut Ayah dengan nama saja. Aku mendengar obrolan mereka saat masuk ruang tamu.

“Tidak terasa ya, Dang. Anak-anak Ayu dan kamu sudah besar-besar sekarang. Gimana Danu, masih terapi di kliniknya Anna?”

“Minggu lalu kami baru dari sana. Kata Anna, Danu sebaiknya ikut dalam program khusus untuk melukis. Bakat seni Ayu turun padanya, Aya yang akan mengikuti jejakku.”

Bapak yang satunya sibuk dengan kertas-kertas yang di atas meja, mereka semua tidak menyadari kedatanganku.

Ehem … hem … ehem …

Berdehem untuk memberi tanda pada mereka semua bahwa aku orang yang mereka nantikan sudah datang.

“Selamat siang semuanya, saya Aya … “

Belum sempat melanjutkan, Ayah sudah memotong ucapanku.

“Aya sudah ada di sini, bisa kita bacakan sekarang, Ris?”

Orang yang dipanggil Ris oleh Ayah tersenyum menatapku, ia berdiri dan mengulurkan tangannya.

“Apa kabar, Aya? Kamu pasti sudah lupa dengan saya. Dulu waktu kamu masih kecil kita sering bertemu di restoran orang tuamu. Saya Aris, dulu biasanya kamu memanggil saya Om Aris.”

Aku menerima uluran tangannya dengan mencium tangannya, untuk menghargai umurnya yang sama dengan Ayah.

“Maaf, Aya lupa. Apa kabarnya, Om?” tanyaku basa-basi. Mendengar ceritanya berarti benar dugaanku, Ayah dan Ibu mengenalnya dengan baik karena aku memanggilnya dengan sebutan Om Aris.

“Ini rekan kerja, Om,” ucap Om Aris memperkenalkan bapak yang duduk di sebelahnya yang dari tadi berdiri mengikuti Om Aris. Aku menjabat tangan bapak itu kemudian kami semua duduk. Aku masih belum paham keberadaanku di sini untuk apa, ekspresi wajahku sepertinya dipahami oleh Om Aris.

“Kamu pasti bingung ya, di hari ulang tahunmu kok kami datang ke sini. Oh iya, selamat ulang tahun. Ini ada bingkisan buat Aya.”

Lihat selengkapnya