MIE GLOSOR DAN BAKWAN GORENG
Lapangan Sempur Bogor di banjiri orang-orang yang mencoba peruntungannya untuk mengikuti seleksi awal Kompetisi Masak Kota Bogor. Acara yang diadakan setiap 5 tahun sekali ini selalu ditunggu kehadirannya, ditambah hadiah utama – Spatula Emas – dari kompetisi menjadi magnet yang menarik banyak orang dari berbagai penjuru kota Bogor. Siapa pun bisa mengikuti kompetisi ini, baik orang-orang yang bekerja di bidang kuliner atau pun tidak – peserta dihususkan untuk warga Bogor dengan minimal usia 23 tahun.
Meski Aya anak dari Dadang Gozali salah satu Koki senior kota Bogor – pemilik restoran Masakan Khas Bogor – ia tidak mendapat perlakuan spesial sama seperti peserta lainnya. Harus antri dan bersabar, melebur bersama peserta lainnya sibuk mengisi formulir yang harus mereka isi untuk mendapatkan nomor peserta. Mengikuti salah satu syarat dalam surat kesepakatan warisan, Aya tidak boleh mengandalkan nama besar Ayahnya untuk mengikuti kompetisi masak, ia harus berjuang dari awal hingga akhir kompetisi dengan jerih payahnya sendiri.
Karena Aya dan Danu jarang pergi bersama dengan Ayahnya, maka hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa Aya adalah anak dari Dadang Gozali. Aya sering diajak pergi-pergi bersama Ayahnya ketika Ibunya masih hidup, saat ia masih kecil. Jadi tidak sulit bagi Aya untuk berbaur dengan peserta lainnya, tidak ada yang menganggap dirinya istimewa, ia dianggap peserta biasa sama seperti peserta lainnya.
Nomor peserta kompetisi masak sudah ditempel di dada Aya, ia melihat peserta lainnya sibuk menyiapkan bahan-bahan masakan mereka juga perlatan dan perlengkapan untuk penyajian masakan mereka. Aya ditemani Danu dan Emak, ia mulai mempersiapkan menu masakannya. Tidak memperdulikan peserta lainnya yang mencoba peruntungan mereka dengan menyajikan berbagai menu mewah dan unik, Aya fokus dengan kompor dan penggorengan di hadapannya.
“No peserta 546, Cahaya Mentari, silahkan masuk ke ruang juri.”
Nomor peserta dan nama Aya sudah dipanggil untuk penilaian masakan. Lekas Aya mengecek kembali menu yang akan dihidangkannya untuk para juri.
“Doakan Aya, Mak,” ujar Aya pada Emak, ia memandang Danu mengepalkan tangan meminta semangat dari Adiknya.
“Aayyaa … ssemannggaat … “
Memejamkan matanya, “Bismillah … “ ucap Aya membawa kereta dorongnya menuju ruangan penjurian. Di dalam tenda besar Aya disambut kamera yang menyorotnya mulai masuk ruangan dan berdiri dihadapan juri-juri.
Ada tiga orang juri duduk di kursi putar, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan. Juri perempuan yang memakai cardigan hitam dengan kemeja putih, rok putih selutut menyapa Aya, “Halo, sebutkan nama dan masakan apa yang kamu bawa.”
“Selamat siang semuanya, nama Saya Cahaya Mentari. Hari ini saya membawa Mie Glosor dan Bakwan Goreng dengan Sambal Kacang,” ucap Aya sambil membuka tudung saji.