AYA
TOUR BAHAN BAKU
Terpilih sebagai 20 orang peserta yang lolos ke babak final membuat aku harus benar-benar mempersiapkan mental dan kesehatan sebaik mungkin. Besok seluruh peserta kompetisi masak akan mulai kegiatan Tour Bahan Baku yang nanti menjadi menu utama pada saat Grand Final, katanya akan ada juri tamu yang legendaris.
Bagi seorang Koki sudah sepatutnya mengetahui sumber bahan baku yang digunakan dari hulu ke hilir, maksudnya seorang Koki harus tahu dan bisa menyediakan kebutuhan bahan masakan sediri. Harus tahu bagaimana cara menanam sayuran yang baik, beternak yang benar agar menghasilkan kualitas daging yang terbaik, begitu kata Ayah.
Panjang kali Lebar kali Tinggi Ayah menjelaskan bagaimana menjadi seorang Koki yang baik. Selama ini aku hanya tahu memasak yang bisa dimakan oleh Danu, itu saja. Selebihnya aku tidak terlalu perduli, padahal aku kuliah di bidang kuliner kelak akan menjadi Koki seperti Ayah. Namun, sejak hadiah ulang tahunku yang ke-23 mau tidak mau aku harus mulai belajar menjadi Koki yang baik seperti kata Ayah.
Malam ini aku menghirup sebanyak mungkin oksigen di udara untuk mengisi rongga-rongga di tubuh, menerka-nerka apa saja yang akan dilakukan selama tour. Memejamkan mata, malah membayangkan wajah seseorang yang jauh di mata tapi dekat di hati. Sedang apa dia sekarang, ada di mana? Apa dia sedang mengingatku? Atau sibuk dengan kasus-kasusnya?
Drrtt … drrtt … drrtt …
Baru saja mau merebahkan badan ke kasur, getar ponsel mencegahnya. Dengan malas berdiri mendekati meja di mana ponselku berada. Nama Hatta tertera di layar, lekas menerimanya.
“Halo … “
“Halo … “
“Aya, nuju naon?”
(nuju naon=lagi apa)
“Eh, Hatta,” ucapku, senyum-senyum sendiri. Mungkin ini yang dikatakan ikatan batin, begitu pikirku. Baru saja membayangkannya. Eh, sudah ditelepon.
“Sudah siap buat tour besok?”
“Sudah atuh. Kunaon kitu, Hatta mau ikut?”