SPATULA AYA

R Hani Nur'aeni
Chapter #25

Chapter 25

TAHU CIBALAGUNG, BOGOR

Dari Cianjur peserta yang lolos ke babak berikutnya melanjutkan kegiatan Tour Bahan Baku esok harinya di Bogor, tepatnya Cibalagung Pasir Jaya yaitu tempat pembuatan tahu. Pabrik Tahu Raos atau sering dikenal dengan Tahu Cibalagung yang sudah beroperasi sejak tahun 1970-an.

“Selamat pagi semuanya, sengaja kami ajak kalian ke tempat pembuatan tahu yang sudah cukup tua usianya. Nanti kalian bisa menikmati tahu yang baru matang, agar bisa merasakan bagaimana tekstur tahu original. Saya yakin kalian pasti belum pernah makan tahu yang baru matang langsung di pabriknya.”

Chef Arman menyapa seluruh peserta kompetisi masak, kemudian mengenalkan dua orang Bapak yang berdiri diantara juri.

“Disamping saya adalah Bapak Okim Sukirman, pemilik pabrik Tahu Raos atau dikenal dengan nama Tahu Cibalagung.”

Chef Arman mengarahkan tangannya pada Bapak Okim. Kemudian Pak Okim melambaikan tangannya, sebagai sapaan pada seluruh peserta kompetisi masak.

“Bapak yang lebih muda ini adalah Kang Rahmat, karyawan dari Pak Okim. Nanti Kang Rahman yang akan menemani kita untuk menjelaskan bagaimana proses pembuatan tahu.”

Sama seperti tadi, Chef Arman mengarahkan tangannya pada Kang Rahmat. Kedua tangan Kang Rahmat dirapatkan dan ditempel di tengah dadanya, sebagai ucapan salam darinya.

“Oke, tidak berlama-lama. Kita akan langsung melihat proses pembuatan tahu. Saya ingatkan kembali, akan ada 5 orang yang harus pulang. So, manfaatkan dengan baik kesempatan kalian.”

Chef Jana mengingatkan para peserta kompetisi masak mengenai tes diakhir kegiatan seperti sebelumnya. Saat ini total peserta ada 20 orang, kemarin ada 5 orang yang harus pulang karena gagal dalam tes di tempat pembuatan Tauco Meong, Cianjur.

Aya berjalan dengan berjingkat, kemeja biru langit dipadu rok hitam selutut yang dipakainya membuat pergelangan kakinya yang berwarna ungu tua dan agak bengkak jadi kelihatan. Chef Rineta meringis melihat pergelangan kaki Aya, “Kamu kenapa Aya? Kok bisa bengkak itu kaki?”

Aya tersenyum kecil, “Terkilir di toko oleh-oleh kemarin, Chef.”

“Kamu sih kecentilan mencari perhatian Chef Jana,” ujar Chef Arman tertawa dengan mulutnya yang terbuka lebar.

Aya nyegir sambil meringis mendengar guyonan Chef Arman yang sama sekali tidak menambah imunitas tubuhnya yang saat ini sedang turun drastis. Pikirannya sedang melayang pada seseorang, pertengkaran pertama mereka terasa begitu sesak untuknya.

“Lain kali lebih hati-hati! Pakai matanya kalau jalan … “

Lihat selengkapnya