FESTIVAL LAKSA KOTA BOGOR
Ribuan masyarakat Kota Bogor dari berbagai kalangan usia, tumpah ruah di jalanan untuk menyaksikan Festival Seni Budaya dan Kuliner Kota Bogor. Dalam rangka merayakan perayaan ulang tahun Kota Bogor.
Festival dibuka dengan pertunjukan Drum Band kemudian diikuti 15 kuda yang merupakan iring-iringan pejabat Kota Bogor. Dilanjutkan dengan iring-iringan Kirab Bendera. Terlihat penuh haru dan gembira melihat peserta kirab membawa bendera raksasa yang diiringi dengan alunan suara drum band. Dibelakangnya ada pertunjukan tari-tarian dengan alunan musik sunda, serta pawai budaya-budaya kesundaan.
Mereka memadati ruas jalan Sudirman, Jalak Harupat dan jalan Salak yang menjadi rute festival. Iring-iringan Festival berakhir di depan rumah dinas walikota Bogor, jalan Pajajaran. Jalan raya Pajajaran ditutup selama acara berlangsung di depan rumah dinas Wali kota, tenda-tenda besar dipasang untuk gerai pameran budaya dan permainan kesundaan, gerai makanan dan gerai minuman. Dua tenda besar berwarna merah dan biru digunakan untuk gerai Laksa sebagai pelaksanaan Festival Laksa.
Festival Laksa yang merupakan rangkaian perayaan ulang tahun Kota Bogor, juga menjadi bagian dari pelaksanaan Kompetisi Masak Kota Bogor. 10 orang peserta kompetisi masak yang tersisa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok merah dan kelompok biru. Masing-masing kelompok harus memasak sebanyak 500 porsi Laksa. Total keseluruhan Laksa yang akan disuguhkan pada masyarakat Kota Bogor yang hadir di festival sebanyak 1000 porsi.
Kelompok yang berhasil mengumpulkan pin kuning terbanyak yang menjadi juara. Keuntungan bagi kelompok yang menang yaitu masing-masing anggota kelompok akan mendapat tambahan waktu 15 menit untuk babak berikutnya.
Laksa adalah salah satu makanan khas Kota Bogor, biasa tersaji sebagai menu sarapan atau makanan selingan, sejak tahun 1960-an. Penyajian laksa terdiri dari ketupat, bihun, toge, kemangi, dan guyuran kuah kental. Namun, di Bogor laksa disajikan dengan campuran oncom merah yang menjadi ciri khas yang menjadikan rasanya lebih nikmat.
Oncom yang dijadikan campuran dalam laksa tidak diolah lagi – masih mentah, oncom dipotong kecil-kecil lalu diguyur kuah laksa yang panas. Oncom akan matang setelah diguyur kuah laksa berkali-kali.
Kuah laksa Bogor punya konsistensi sangat kental, karena kuah santannya diberi campuran koya. Koya adalah kelapa parut yang dihaluskan, koya bukan hanya membuat kental tapi juga menambah cita rasanya menjadi lebih gurih dan manis.
Sambal laksa Bogor, dominan pedas dan asam karena sambal ini diracik menggunakan campuran cabai dan cuka. Begitu ditambahkan ke laksa rasanya menjadi kompleks. Kita akan mengecap rasa gurih, manis, pedas, dan asam sekaligus. Racikan sambal ini juga menjadi ciri khas laksa Bogor.
Aya satu kelompok dengan Riyu, mereka sedang mengukus oncom merah. Dengan singkatnya waktu yang tersedia, tidak mungkin mereka harus berkali-kali menuangkan kuah untuk membuat oncom merah masak.
Peserta lainnya yang satu kelompok dengan Aya dan Riyu – di kelompok biru – tampak sibuk dengan tugas masing-masing. Satu orang peserta menyiapkan mangkuk-mangkuk di atas meja untuk sajian laksa. Satu peserta lainnya memotong ketupat, sedangkan satu orang peserta lagi menyiapkan bihun, toge, dan kemangi.
Tampak kepulan asap dari panci besar – tempat kuah laksa di atas kompor menyala – saat tutup panci dibuka Riyu. Selesai menutup dandang kukusan oncom merah, Aya beralih ke panci sebelahnya, ia mengaduk kuah laksa di panci. Riyu datang membawa sendok dan mangkuk kecil untuk mencicipi kuah laksa, Aya menuang kuah laksa ke mangkuk yang disodorkan Riyu.
Aya dan ketiga peserta lainnya harap-harap cemas, menunggu reaksi Riyu yang sedang menghirup kuah laksa. Ketika jempol Riyu terlihat, mereka menghela napas lega berbarengan sambil mengurut dada, kemudian kembali ke tugas mereka masing-masing.
Drrtt … drrtt … drrtt …
Getar ponsel di saku celana Riyu, membuatnya berhenti menyantap laksa yang ada di tangannya. Ia melihat nama Wulan di layar ponselnya, lekas ia matikan. Riyu mendekati Aya yang sedang mengisi mangkuk sambal, ia menepuk pundak Aya, “Ay, aku ke toilet. Kebelet, nih.”