RIYU
SIASAT RIYU DAN WULAN (1)
Aku bergegas mencari tempat aman untuk menghubungi Wulan, rencana kami harus berhasil. Sungguh sangat berguna profesi Wulan di saat seperti ini, informasi penting dengan mudah didapatkan.
Drrtt … drrtt … drrtt …
Ponselku bergetar, nama Wulan kembali tertera di layar ponsel. Bola mataku mengamati sekitar, setelah aman baru aku angkat panggilan itu.
“Halo … “
“Halo, Riyu. Kok, lama diangkatnya?”
“Maaf, tadi masih di tempat ramai. Aku cari tempat aman dulu.”
“Jadi gimana? Udah beres semuanya?”
“Sesuai rencana semula.”
“Oke.”
Wulan menutup panggilan, bola mataku kembali berkeliling. “Aman,” bisikku, pelan. Harus segera kembali ke gerai laksa, kuatir ada yang curiga karena aku terlalu lama pergi. namun, tepakkan tangan seseorang membuat tubuhku membeku.
“Riyu, kamu dari mana?” tanya seseorang, suaranya berasal dari belakangku.
“Toilet,” jawabku, lutut sedikit lemas ketika membalik badan. Chef Rineta berdiri tepat dihadapanku.
“Ayo, lekas kembali ke gerai, sudah mau dibuka tuh.”
“Baik, Chef.”
Segera berlari kecil ke gerai, dengan pikiran yang berkelana. Menebak-nebak apa Chef Rineta dari tadi mengikuti, melihatku sedang telepon dan mendengar percakapan aku dengan Wulan. Gawat kalau dia sampai tahu, bisa mati aku.
Aku lihat teman-teman sedang bersiap-siap membuka gerai laksa. Tiba di gerai laksa, mengatur napas supaya normal dan bergegas bergabung dengan yang lainnya, “Maaf ya, tadi ngobrol dengan teman. Eh, jadinya kebablasan.”