SPATULA AYA

R Hani Nur'aeni
Chapter #37

Chapter 37

AYA

 

SAHABAT-SAHABAT AYAH

Seorang Bapak berpakaian necis, berkaca mata, datang bersama Riyu. Ditemani Emak, aku menerima mereka di ruang tamu.

“Pi, ini, Aya. Teman kecilnya Riyu, anaknya Om Dadang,” jelas Riyu pada lelaki yang dipanggilnya Papi.

“Adi, Papinya Riyu. Dulu kamu biasa panggil saya Om Adi,” ucap lelaki berpakaian necis berkaca mata itu, mengulurkan tangannya menunggu sambutan uluran tanganku.

Aku Menyambut uluran tangannya sambil mengingat siapakah orang ini, seperti pernah melihat wajahnya tapi entah di mana.

“Saya turut berduka cita, Cahaya. Dadang adalah sahabat saya, dia Koki yang hebat,” ucap Om Adi.

“Terima kasih, Om Adi. Silahkan duduk,” ucapku, menatap matanya berusaha mengingat sosoknya.

Emak yang duduk dekatku, menepuk lenganku. “Om Adi, suka ke rumah ngobrol sama Ayah di halaman belakang.” ujar Emak, membantu ingatanku.

Perlahan kenangan masa kecil aku bersama Riyu terlintas, sedikit membantu mengingat siapa Om Adi. Akhirnya aku ingat, Om Adi adalah orang yang kaku dan galak. Riyu sering menangis kabur dari rumahnya sembunyi di rumahku karena dimarahi Papinya. Ia juga ada di foto yang terselip dalam buku diary Ibu.

Tidak lama kemudian Pak Kosim datang mendorong seorang Bapak di kursi roda, tanpa sungkan aku menghampiri dan mencium tangannya. Pak Kosim menepuk-nepuk pelan pundakku, “Yang sabar, Aya. Ini Pak Hakim, teman Ayah juga.”

Pak Hakim mendorong kursi rodanya mendekatiku, ia mengulurkan tangan lekas aku mencium tangannya. “Terima kasih Bapak sudah datang,” ucapku, pada Pak Hakim.

Aku mempersilahkan mereka duduk, sambil memperhatikan wajah Pak Hakim. Wajah itu kembali mengingatkan aku pada foto di diary Ibu. Aku pandangi satu persatu, Om Adi, Pak Kosim, dan Pak Hakim. Menarik wajah mereka pada foto itu, betul memang mereka dengan umur yang lebih muda dari sekarang.

Lihat selengkapnya