SPATULA AYA

R Hani Nur'aeni
Chapter #42

Chapter 42

PERJANJIAN BARU

Ting … tong …

Bunyi bel pintu menjadi musik harian di rumah Aya dan Danu sejak kematian Ayah mereka. Hampir setiap hari ada saja yang datang mengucapkan belasungkawa, belum lagi Hatta dan timnya yang hilir mudik mengawasi dan mencari bukti tambahan penyelidikan.

Kadang membuat Aya kesal pada polisi-polisi itu, begitu hobi membunyikan bel pintu. Padahal sudah diingatkan agar mereka lewat pintu belakang karena Emak dan Aya lebih sering berada di dapur. Aya mulai berlatih mempersiapkan diri untuk babak final di kompetisi masak.

Tamu selanjutnya yang datang adalah Om Aris dan satu orang rekannya. Mereka menunggu Aya di ruang tamu, Emak yang tadi membukakan pintunya.

“Siang, Om Aris,” sapa Aya, berjalan mendekati Om Aris.

Om Aris berdiri menyambut kedatangan Aya, “Apa kabarnya, Aya? Maaf, Om baru bisa kesini lagi setelah pemakaman.”

“Nggak apa, Om. Aya maklum, Om Aris pasti sibuk.”

Aya mempersilahkan mereka duduk kembali, bola mata Aya melirik lembaran-lembaran kertas di meja yang harus ditandatanganinya. “Ini berkasnya, Om?”

“Iya, betul. Seperti yang sudah Om jelaskan padamu, ditelepon. Kematian Ayahmu, membuat perjanjian yang kamu tandatangani tempo hari gugur.”

Aya meremas jemarinya, menatap lembaran berkas di meja. Rekan kerja Om Aris memberikan pulpen pada Aya. Tidak langsung menandatanganinya, Aya memainkan pulpen di tangannya. Sesekali melirik Om Aris, wajahnya menampakan keraguan.

“Om, perjanjian warisan gugur. Itu artinya Aya dan Danu pemilik sah restoran dan semua harta kekayaan milik Ayah dan Ibu?” tanya Aya, memastikan.

“Betul, semua sudah sah menjadi milikmu setelah ditandatangani,” jawab Om Aris, “ada apa, Ay? Om lihat keraguan di wajahmu?”

Lihat selengkapnya