KEPERCAYAAN, JALAN KEMENANGAN
Panitia sibuk menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh para peserta kompetisi masak. Di babak semi final, 10 peserta akan bertanding. Namun, hanya 5 orang yang akan lanjut ke babak final, sisanya harus pulang.
Tim biru yang menang saat Festival Laksa mendapat tambahan waktu 15 menit bagi setiap anggotanya. Yaitu Aya, Riyu, Toni, dan dua orang teman mereka yang akan dapat tambahan waktu. Tema kali ini adalah sajian Mie Kuning, setiap peserta wajib membuat mie kuning, kemudian mie tersebut diolah menjadi masakan.
Posisi Aya bersebelahan dengan Riyu. Sejak awal persiapan Riyu terus memperhatikan gerak-gerik Aya, ia kuatir dengan kondisi Aya. Hatinya membelot dari Papi dan Wulan, tapi ia tidak berdaya harus mengikuti permainan yang telah berjalan sampai akhir.
“Ay, are you OK?”
Aya mengangguk pelan, tersenyum tipis. Wajahnya pucat, beberapa kali Riyu melihat Aya memijat-mijat kepalanya.
“Pertandingan akan segera dimulai, mohon para peserta menempati meja masing-masing.”
Panitia meminta peserta menghentikan kegiatan mereka dan kembali ke meja masing-masing, karena pertandingan akan dimulai. Chef Arman, Chef Rineta, dan Chef Jana memasuki ruangan, ketiganya berpakaian casual.
“Selamat datang kembali pada seluruh peserta, kalian semua adalah calon pemenang. 10 orang peserta harus kembali bersaing menuju babak final. Saya ingatkan pada kalian, yang menjadi poin penilaian adalah kualitas mie kuning dan keserasian masakan kalian.”
Chef Rineta mengingatkan poin penting dalam pertandingan pada seluruh peserta. Dilanjutkan penjelasan dari Chef Arman mengenai tambahan waktu untuk tim biru.
“Pergunakan kesempatan kalian sebaik mungkin. Hanya 5 orang yang akan lolos untuk lanjut ke babak selanjutnya. Tim biru, yang menjadi pemenang Festival Laksa akan mendapat tambahan waktu 15 menit. Jangan sia-siakan waktu tambahan yang kalian punya.”
Teet …
Suara yang menandakan pertandingan dimulai. 30 menit pertama, peserta harus membuat mie kuning. Setelah 30 menit akan terdengar bunyi yang sama, tanda bagi peserta untuk mulai masak mie kuning hasil olahan mereka sendiri.
10 peserta bersamaan masuk pantry, beberapa saat kemudian masing-masing peserta membawa keranjang yang berisi tepung, telur, sayuran, daging, dan bumbu lainnya. Isi dari keranjang Aya tidak berbeda jauh dengan peserta lainnya. Hanya ada tambahan bahan-bahan untuk Soto Mie. Masakan yang cocok dengan bahan dasar mie kuning, menurut Aya.
Seperti biasa ketiga juri mengunjungi satu persatu meja peserta, melihat kesiapan mereka dan kegiatan para peserta. Chef Rineta yang pertama mendatangi Aya, “Cahaya, meski kelihatan kurang fit gerakan kamu tetap lincah dan semangat. Mau bikin apa?”
“Saya mau buat soto mie, Chef.”
“Oke, ada alasan khusus kenapa pilih soto mie?”
“Ada, untuk mengenang seseorang.”
“Siapa orang itu?” tanya Chef Jana, yang tiba-tiba sudah ada disebelah Chef Rineta.
Aya tersenyum, sekilas menatap Chef Jana, “Tidak perlu saya jelaskan, intinya soto mie yang saya buat spesial.”
“Good luck, Aya. Ayo Chef Jana kita kunjungi meja Toni.”
Chef Rineta mendorong rekannya yang tidak mau meninggalkan meja Aya. Senyuman kecil dan isyarat mata Aya berhasil mengusir Chef Jana menyingkir dari mejanya.
Riyu memperhatikan kejanggalan antara Aya dan Chef Jana, mereka tidak bertengkar seperti biasanya. Kedatangan Chef Arman mengalihkan perhatian Riyu dari Aya kembali pada mejanya. “Riyu, mie kuning mau dibikin apa?”
“Saya mau bikin pempek, Chef.”
“Kenapa pempek?”
“Karena saya suka pempek.”
Chef Arman mengernyitkan dahi dan melipat bibirnya masuk lalu menganggu-anggukan kepalanya, “Oh, oke.”
Riyu berhenti sejenak dari kegiatannya, melihat ekspresi wajah Chef Arman sepertinya ada yang salah dengan jawabannya. Otaknya sedang sulit diajak diskusi, di kepalanya penuh dengan nama Aya. Fokusnya terganggu setiap kali Aya didekati laki-laki, oleh karena itu matanya selalu mencuri pandang pada Aya.
Selesai berkeliling ketiga Chef kembali ke tempat mereka, berdiskusi tentang para peserta. Chef Rineta yang pertama buka suara, “Saya nggak sabar dengan masakan Aya. Dia selalu memberi kejutan. Tapi saya lihat, kondisinya sedang kurang fit.”
“Kematian Chef Dadang pasti berpengaruh pada mentalnya, semoga Aya bisa lanjut
terus sampai grand final,” ucap Chef Arman, menambahkan ucapan rekannya.
Chef Jana memainkan jemarinya, mata elangnya terus mengawasi Aya. Raut wajahnya menampampakkan rasa kuatir, melihat kondisi Aya.