SPATULA AYA

R Hani Nur'aeni
Chapter #48

Chapter 48

AYA

 

TOGE GORENG GRAND FINAL (1)

Menatap bayangan diri depan cermin, mengusap pelan bordiran namaku di baju serba putih dengan list hitam di sisi-sisinya, hadiah dari Ayah. Menarik garis bibir membentuk lengkungan di pipi, dadaku terangkat saat menarik napas dalam dan panjang.

“Aku sudah siap bertarung!” Memejamkan kedua mata membayangkan Ayah dan Ibu. Mereka pasti bangga pada anak gadisnya yang kini sudah tumbuh dewasa, hari ini akan aku buktikan tanggung jawab yang mereka berikan akan dilaksanakan dengan baik.

“Ayah, Ibu, doakan Aya menang.”

“Danu, doakan Aya.”

Penuh percaya diri aku melangkah keluar kamar, tidak ada siapa pun di rumah. Emak di rumah sakit menemani Danu. Setelah melewati masa kritisnya selama 3 hari, kondisi Danu semakin membaik.

Brrmm … brrmm … brrmm …

Deru mesin mobil dokter Anna terdengar di halaman rumah, lekas aku berlari menghampirinya. “Jangan dimatikan, Aya sudah siap!”

Menyambar tas dan kantung kertas di kursi tamu yang memang sudah aku siapkan sejak tadi, lalu masuk ke dalam mobil. Perlahan mobil keluar dari halaman rumah menyusuri rumah-rumah tua di jalan Salak melewati Taman Kencana, menuju jalan besar.  

Diantar dokter Anna, meluncur ke lokasi grand final kompetisi masak. Tiba di lokasi, parkiran terdekat sudah penuh. Dokter Anna menyuruh aku turun tepat di tenda kompetisi masak.

 “Kamu turun disini, Ay. Saya cari parkir, nanti kita teleponan.”

Turun dari mobil, berlari kecil mendekati dua orang yang berseragam biru dongker dengan kalung panitia di leher mereka. Mereka membawaku ke ruang tunggu yang disediakan oleh panitia, sudah ada Riyu dan orang tuanya di sana.

Tiba-tiba saja timbul letupan amarah di dada, melihat Om Adi bersama Riyu tertawa-tawa. Entah apa yang mereka tertawakan, aku tersenyum sinis menatap mereka. Tertawalah sepuas kalian karena itu akan menjadi tawa terakhir kalian, batinku.

Tiba-tiba pandangan mataku terhalang seseorang, dari tempat duduk mendongakkan kepala. Tertegun melihat wajah yang juga menatapku.

“Kamu ngeliatin siapa, sampe melongo gitu?!”

Menggeleng cepat, tidak ingin berlanjut ke pertanyaan berikutnya. Aku harus mempertahankan mood dan semangatku saat ini. “Mikirin Danu,” ujarku, singkat.

“Mohon panitia yang bertugas, peserta dibawa ke lokasi. Acara mulai 5 menit lagi!”

Pengumuman itu menyelamatkan aku, mengusap dada, bernapas dengan lega. Dia mengulurkan tangannya, aku menolaknya. “Aya bisa bangun sendiri.” Kami sedang berada di keramaian, lagi pula tidak ingin membuat jantungku berdebar kencang seperti waktu itu.

Namun, Tuan Menyebalkan ini memiliki segudang cara untuk menyampaikan isi kepalanya. “Fokus, kamu harus menang.” bisikknya, ditelingaku.

Seketika panas dingin menerpa tubuhku. Sedangkan Tuan Menyebalkan berlalu begitu saja, meninggalkanku yang masih terpaku akibat bisikkannya.

“Mbak Aya!”

Teguran panitia mengembalikan kesadaran, dia meminta aku mengikutinya menuju arena kompetisi masak. Acara disiarkan secara langsung, sehingga banyak penonton yang berdatangan, memadati halaman Balai Kota Bogor.

Lihat selengkapnya