AYA
KEHILANGAN YANG KEDUA
“Terima kasih,” jawabku, menjabat tangan Riyu dengan tatapan tajam menembus matanya. Aku menerima jabat tangan dari Riyu, yang mengucapkan selamat atas kemenanganku, matanya terlihat tulus padaku. Namun, hatiku berkata lain. Bersiaplah, tidak lama lagi kau dan Om Adi akan segera menjalani kehidupan baru kalian, perlahan melepaskan tangan Riyu. Tidak akan kubiarkan mereka lepas begitu saja, hukum alam berlaku. Siapa yang menanam dia yang akan menuai hasilnya.
“Ay, mhm, boleh aku – “
Ucapan Riyu terpotong dengan kedatangan Hatta yang berlari tergopoh-gopoh, “Ay, kita harus ke rumah sakit!”
Mengerutkan dahi mendengar ucapan Hatta, masih belum paham apa maksudnya.
“Danu, Ay – “
Aku potong ucapan Hatta, “Ada apa dengan, Danu?”
“Kita harus ke rumah sakit sekarang! Nanti aku jelaskan di jalan!”
Ketika Hatta menggapit tanganku, aku melihat Riyu menerima telepon dari seseorang.
“Apa?! Kamu sudah gila!” teriak Riyu, ekspresi wajahnya berubah pucat. Matanya mencuri pandang padaku, sebelum ia menjauhi kami. Masih sempat terdengar, “Oke, sekarang kamu di mana?”
Tatapan mata Riyu sangat mencurigakan, siapa yang menelepon dia? Apa orang itu Wulan? tiba-tiba saja terlintas nama itu dalam kepalaku. Namun, saat ini aku harus fokus pada Danu.
“Ayo, Ay!”
Hatta menarik tanganku agar mengikuti langkah kakinya menuju parkiran.
“Tunggu, dokter Anna!”
Menahan langkah Hatta, menarik tanganku. Teringat dokter Anna yang tadi datang bersamaku, tiba-tiba ia menghilang saat pengumuman pemenang kompetisi tadi.
“Dokter Anna sudah di rumah sakit.”
Hatta membukakan pintu mobil untukku, setelah aku duduk dengan nyaman ia pergi ke kursi kemudi di sebelahku. Sebelum menyalakan mesin mobilnya, Hatta menghempas napas pupil matanya mengecil. Mulutnya seolah memberi isyarat ia sulit untuk bicara, sampai akhirnya aku harus bertanya lagi padanya. “Ada apa dengan Danu?”
Hatta masih menampakkan ekspresi wajah yang sama, “Ay, aku cuma mau kamu tahu,” ucapnya, memegang tanganku, “Apa pun yang terjadi, kamu tidak sendirian. Aku akan selalu ada untukmu.”
“Ada apa dengan Danu?!” tanyaku, dengan nada sedikit tinggi.
Setelah menarik napas dalam, dengan berat Hatta mengucapkannya, “Tadi saat menunggu pengumuman kompetisi, Emak menelepon dokter Anna. Katanya Danu kritis lagi, aku diminta dokter Anna membawamu setelah kompetisi selesai, tadi dia langsung ke rumah sakit.
Deg …