"Hei, sedang apa kau?" Seorang anggota tim balap Roman, tim Nation Star, nongol di pintu, "kenapa malah santai-santai di sini? Kau dicari Bos sejak tadi. Cepatlah datang ke sirkuit. Latihan hari ini hampir dimulai."
Roman bergegas menyimpan kertasnya. Ia tak mau diomeli bos tim Nation Star. Roman pun meninggalkan ruangan.
Dua puluh menit kemudian.
Brumm! Asap mengepul dari bagian belakang salah satu mobil balap. Mobil balap berwarna putih-biru itu tampak oleng. Pembalap di dalamnya berusaha menguasai kemudi. Ia baru saja tergelincir keluar lintasan di mulut sebuah tikungan.
Pengemudi mobil balap itu terus berusaha. Ia begitu bernafsu mengembalikan mobilnya ke lintasan balap. Namun terlambat. Saat mobil itu berhasil masuk kembali ke lintasan, mobil-mobil balap lain sudah melesat mendahului. Kini mobil-mobil itu berada jauh di depannya.
Tidak terima, pembalap yang ketinggalan itu pun memforsir gas. Aksinya begitu liar karena terburu-buru mengejar. Namun perbuatan itu malah jadi bumerang. Lintasan menjelang finish di depannya berbentuk melingkar tajam. Seharusnya mengurangi kecepatan.
Terkejut mendapati kenyataan, sang pembalap seketika membanting setir. Niatnya hendak mengarahkan mobil sesuai bentuk lintasan, namun hasilnya justru merugikan.
Dunia yang dilihat sang pembalap berputar cepat. Tanpa tercegah lagi terjadilah benturan keras antara mobilnya dengan dinding pembatas.
Semua lalu menjadi gelap.
"Roman, bangun!" Para anggota tim balap Nation Star mengerumuni sang pembalap. Pembalap itu, yang tak lain adalah Roman, baru saja ditolong oleh para petugas. Ia dikeluarkan dengan susah payah dari mobilnya yang ringsek.
Roman segera dibaringkan di pinggir sirkuit. Pemuda itu lambat laun mulai sadar. Kelopak matanya dikerjap-kerjapkan.
“Gawat!" Seorang rekannya berkata dengan gemetar, "kita harus segera membawanya ke rumah sakit."
Roman mendengarnya. Ia menjadi sangat cemas. Dengan suara lirih pemuda itu bertanya, "Hei ... apa lukaku parah?"
"Kalau melihat kondisimu sekarang, sebenarnya lebih baik kita menghubungi pihak pemakaman," sahut rekan yang lain lagi. Mukanya terlihat sedih.
"Tak usah berlebihan!” Para anggota tim memprotes, "tega amat, sih!"
"Jangan salah paham," rekan itu membela diri, "bukankah selama ini kita selalu dilatih Bos untuk bertindak selangkah lebih dulu. Ban mobil balap selalu kita ganti meski belum perlu, dan ...,"
“Ya, ya, kalau begitu aku pesankan peti mati buatmu,” seorang anggota tim langsung memencet ponselnya, “jangan tersinggung. Hanya tindakan antisipatif belaka, kok. Biar nanti nggak repot saat kau membutuhkan.”
"Bodoh!" Bos tim balap yang sejak tadi diam, berkata, "luka Roman ternyata tidak parah," ujarnya setelah mengamati lebih teliti, "tapi kita harus cek apa dia mengalami cedera tulang belakang. Kau bisa menggerakkan kakimu Roman?"
Dan satu anggota tim langsung terjengkang kena tendangan Roman.
"Tak usah berlebihan begitu!" Bosnya senewen, "aku hanya ingin tahu kau bisa menggerakkan kakimu atau tidak."