Speeders

Lumba-Lumba
Chapter #5

Lap 4: Kursus Setir Speeder-Man (1)

Bukan hanya Moy yang merasa hari ini suntuk.

Roman terlihat berjalan dengan lesu. Ia baru saja turun dari mobil bosnya yang mengantar. Roman kini melangkahkan kaki menuju tempat kursus setir. Tempat itu tak jauh dari sini.

Roman mendesah. Kenapa semua jadi begini? Rasa masa depannya kini seperti temulawak. Pahit.

Roman sangat menyayangkan. Di saat semua sudah berjalan lancar, keadaan berubah drastis. Rencana penangkapan perampok bank yang telah disusunnya terancam batal. Bagaimana bisa dirinya membentuk tim idaman? Roman sendiri dikirim ke kursus setir. Pemuda itu jadi tak bersemangat mengajukan rencananya ke kepolisian. Jangan-jangan musibah lagi. Roman cemas ide briliannya akan ditertawakan.

Tak terasa, sampailah Roman di tempat kursus.

Tapi ia tak kunjung masuk ke dalam.

Roman hanya mematung. Ia masih ragu. Gerakan tangannya kemudian jadi tak jelas. Roman tanpa sadar hendak membuka jendela sekaligus pintu. Orang lewat jelas curiga. Disangka silaturahmi sekalian maling di rumah orang.

Roman menatap sekeliling. Ternyata kursus setir itu terletak tepat di samping lapangan yang sangat luas. Roman lalu kembali menatap papan nama di atasnya. Papan nama itu besar sekali. Mirip poster film. Warnanya merah dan biru. Polanya sarang laba-laba. Ada tulisan “Speeder-Man” disitu.

Speeder-Man? Mungkin maksudnya Spider-Man? Superhero itu?

Dalam hati, Roman mulai ragu. Ini kursus setir apa rental VCD? Roman celingak-celinguk memeriksa. Kalo memang rental VCD, Roman ingin masuk dan mengencani pegawainya yang cantik. Persetan dengan VCD-nya!

Mendadak pintu di depannya dibuka.

"Silakan masuk," seorang wanita mempersilakan Roman dengan ramah.

Roman gelagapan. Tangannya yang menempel ke jendela segera ditarik. Roman sejenak tak tahu harus bilang apa. Otaknya mampet.

"Silakan masuk, Pak," wanita itu mengulangi perkataannya, "kami sudah menunggu anda. Sesinya baru akan dimulai, kok."

Roman mengangguk saja Ia lalu mengikuti wanita itu masuk ke dalam. Roman dan wanita itu segera sampai di sebuah ruangan. Ruangan yang lumayan luas. Di tengah ruangan itu terdapat kursi yang diletakkan setengah lingkaran. Semua kursi sudah terisi orang. Tinggal satu kursi yang kosong. Mungkin itu untuknya. Di dekat kursi-kursi yang melingkar itu tampaklah sebuah whiteboard.

Roman menghela napas. Menurutnya tempat ini lebih mirip rehabilitasi pecandu alkohol ketimbang kursus setir.

"Silakan duduk, Pak," seorang pria berkata pada Roman. Ia kemudian lanjut bicara, “Karena bapak ini peserta terakhir, langsung saja kita mulai sesi ini," ujarnya pada seisi ruang.

Roman menurut saja disuruh duduk. Selain pria itu dan wanita yang tadi, ada 2 cowok dan satu cewek yang tidak dikenalnya. Roman menebak mereka adalah anggota kursus setir.

Roman bergegas menyembunyikan mukanya. Ia menutupi sebagian wajahnya dengan kerah baju. Tinggal dahi dan kedua matanya saja yang masih tampak jelalatan. Roman tak sudi ada yang mengenali identitasnya sebagai pembalap. Sama saja buka aib. Ampun deh, seorang pembalap ada di tempat seperti ini.

"Nah, selamat siang Bapak dan Ibu semua," pria yang mempersilakan Roman duduk, berkata lantang. Ia tak lain adalah Budiman, polisi kenalan Moy, "Ini merupakan pertemuan pertama kita. Maaf, meski anda sekalian masih muda, dalam kursus ini kami akan memanggil secara formal, “Bapak” atau “Ibu,” Budiman mengambil napas sebentar sebelum melanjutkan, “kita di sini untuk saling bantu supaya Bapak dan Ibu sekalian, para anggota kursus, menjadi lebih terampil dalam mengemudi."

Roman tiba-tiba berdesir. Sepertinya dari tadi ada orang menatap dirinya. Siapa ya?

Lihat selengkapnya