Speeders

Lumba-Lumba
Chapter #9

Lap 8: Praktik Lapangan (1)

Sejak saat itu Roman resmi menjadi anggota kursus Speeder-Man.

Tak ada lagi embel-embel pembalap menempel pada dirinya. Semua anggota adalah sama. Cecunguk dalam hal menyetir. Begitulah ungkapan kasarnya.

Roman pun wajib mengikuti semua sesi kursus seperti halnya anggota lain. Sesi itu biasanya dimulai siang hari dan selesai sore hari. Namun ada kalanya diadakan pagi hari juga, tergantung kesepakatan.

Seperti pagi ini.

Matahari bersinar dengan lembut. Langit bersih berwarna biru muda tanpa awan sedikit pun. Sungguh suasana yang membangkitkan semangat. Semua mahkluk hidup pantas untuk menyambut pagi ini dengan penuh gairah.

Moy pun tak mau ketinggalan. Wajahnya berseri-seri. Ia baru saja mencuci pakaian di belakang rumah. Sekarang gadis itu menjemurnya sambil bernyanyi riang. Suaranya membuat jengkel burung di pohon. Saingan berat, nih.

Kenapa Moy begitu gembira?

Jawabnya adalah Roman Julio. Ya, pembalap yang sekarang terjerumus ke kursus setir itu. Moy tak menduga akan bisa bertemu dengannya. Terbayang kembali beberapa hari lalu, saat mereka pulang setelah mengikuti sesi pertama.

"Pak Roman, tunggu!" Moy tergesa menyusul Roman. Hampir saja tas yang disandangnya jatuh.

"Maaf Bu, saya sedang terburu-buru," Roman lanjut berjalan setelah menoleh sekejap. Ia meraba gusinya yang masih sakit akibat disabet Moy, "saya mau ke Puskemas, nih," ujar Roman.

"Tunggu dulu Pak," Moy terus mengikuti, "saya mau minta maaf sekali lagi atas ...,"

"Tidak usah panggil "Pak",” Roman berkata. Ia telah berhenti berjalan dan berbalik menghadap Moy, "saya ‘kan belum punya bini. Panggil saja saya Roman. Dan tadi juga tak masalah. Saya hanya sedang sial."

"Baiklah Pak ... eh ... Roman," Moy terlihat gugup," aduh saya senang sekali bisa melihat anda hidup-hidup. Eh, maksud saya melihat anda secara langsung. Bukan lewat foto saja. Foto ‘kan benda mati."

Sayangnya, Roman memang sedang tergesa. Takut kemalaman di jalan, katanya. Moy pun terpaksa merelakan Roman berlalu.

Sebenarnya Moy juga kecewa dalam hal lain. Ia terlanjur mengirim surat cintanya ke kantor tim balap Roman. Padahal Roman untuk sementara ini kembali ke rumahnya sendiri. Tapi itu bukan masalah. Moy tak butuh surat cinta lagi. Ia kini bisa leluasa berakrab-akrab dengan Roman.

Bukankah mereka adalah teman satu kursus?

***

Lihat selengkapnya