Roman akhirnya mondok di rumah sakit.
Entah apa yang telah terjadi padanya, tidak ada yang tahu. Moy, Bloody, dan Lepto kini menjalani kursus tanpa kehadiran Roman.
Situasinya memang jadi agak rumit. Tanpa disadari siapa pun, rupanya ada wartawan ikut hadir saat sesi latihan di lapangan kemarin. Tentu saja wartawan itu sebenarnya meliput sesi latihan para polisi. Namun begitu melihat kehadiran Roman, wartawan tersebut langsung bergerak untuk meliputnya.
Orang-orang Nation Star, tim balap Roman, segera bertindak untuk menutupi. Mereka tidak ingin pembalap andalannya terekspos di media sedang menjalani kursus setir. Saking protektifnya, mereka bahkan melarang siapa pun untuk menjenguk Roman di rumah sakit.
Moy, Bloody, dan Lepto pun tidak berkutik. Mereka belum bertemu Roman sama-sekali sejak kejadian di lapangan. Hari-hari di kursus setir kini terasa makin menjemukan. Dan yang tidak kalah menyiksa, rasa penasaran Moy, Bloody, dan Lepto tidak bisa terjawab.
Sebenarnya apa yang terjadi pada Roman?
Apakah itu berhubungan dengan penyebab ketidakmampuan Roman dalam menyetir?
Namun anehnya 4 hari kemudian, Moy, Bloody, dan Lepto juga diangkut ke rumah sakit. Kebetulan rumah sakit yang sama dengan Roman. Maka bertemulah ketiganya dengan Roman.
“Sampai segitunya kalian. Berlebihan ah,” Roman berkata, “mau membesukku saja sampai pura-pura sakit. Biar bisa menyelundup ke sini, ya?” Roman menghembus napas, “ya, aku tahu. Orang-orang tim balapku memang rese’. Siapa pun dilarang mengunjungiku.”
Namun Moy, Bloody, dan Lepto menggeleng.
“Kami sakit beneran,” Lepto menyahut, “kau belum tahu apa yang terjadi pada kami ‘kan?”
“Selama kau tidak ikut kursus, ada sebuah peristiwa menarik,” Moy menambahi.
“Ini berkaitan dengan perampok bank itu,” Bloody menyambung, “ingin tahu, ‘kan? Maka dengarlah cerita kami.”
Roman menjadi bersemangat. Ia pun diam-diam merogoh keranjang snack. Keranjang tersebut baru saja dibawakan oleh bosnya. Lumayan. Ada permen balado di situ.
Dengar cerita memang harus sambil mengudap.
***
Kepergian Roman dari kursus setir telah menurunkan moril para anggota lain. Kursus setir Speeder-Man kini jadi berkurang keanehannya. Bisa-bisa malah mengalami krisis identitas. Tapi bu Hilda tidak peduli. Pokoknya latihan jalan terus.
Seperti siang itu, karena kebetulan tidak ada kuliah, lagi-lagi Moy, Bloody, dan Lepto menjalani sesi latihan. Entah sudah untuk keberapa kalinya.
“Kapan ya Roman balik kesini?” Bloody menggelosorkan badannya di kursi. Tenggorokannya terasa sakit. Sebelum kesini Bloody memang membetot suaranya habis-habisan di latihan vokal.
“Entahlah. Tapi kita harus menjenguk Roman,“ Moy menyahut, “ada yang tahu bagaimana caranya?”
Suasana sunyi. Tidak ada yang bisa menjawabnya. Moy lalu mengambil ponsel. Ia melihat-lihat pesan masuk. Lepto sendiri berjalan mondar-mandir di ruangan. Entah kenapa ia kelihatan gelisah hari ini.
“Omong-omong, ada sesuatu yang ingin kuceritakan,” Lepto mendadak berujar. Saat itu kebetulan bu Hilda izin keluar sebentar. Katanya ada tamu.
Moy dan Bloody langsung menggeleng dengan eneg. Duh, sudah kursusnya membosankan begini, Lepto mulai bikin ulah.
“Dengar dulu deh,“ Lepto tidak mau tahu, “ini berita top secret. Kalian bisa menyesal kalo sok budek begitu.”
“Siapa yang sok budek?” Bloody mendengus, “ayo cepat bicara. Top secret apanya sih?”
Lepto menata pita suaranya sebelum bercerita, “Waktu aku beli akuades di bengkel otomotif, aku melihat mobil si perampok bank yang terkenal itu. Aku ingat karena pernah melihatnya,” Lepto tampak bangga, seolah baru saja menyiarkan berita turunnya harga sembako.