Speeders

Lumba-Lumba
Chapter #15

Lap 14: Erina Ida, Guru Kami (1)

Moy, Bloody, dan Lepto mengakhiri penuturannya. Mereka berharap Roman akan memberi ulasan positif atas kisah petualangan ketiganya. Syukur-syukur memberi 5 bintang.

“Heh, cerita apaan tuh? Nggak sesuai deskripsi awal,” Roman terlihat kecewa, “tadi kukira itu benar-benar mobil si perampok. Tapi ternyata bukan,” Roman menghempaskan kembali tubuhnya ke pembaringan.

 “Yup, harus diakui kami gagal sih ...,” Moy sendiri juga merasa bego jika mengingat kisah itu. Namun jika akibat dari petualangannya adalah bisa bertemu Roman, maka itu sangat sepadan baginya. Moy sama sekali tidak merasa rugi.

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi padamu?” Bloody bertanya pada Roman. Akhirnya bisa juga secara langsung bertemu Roman dan menanyakan hal itu.

Moy dan Lepto ikut memandang Roman. Mereka semua minta penjelasan.

Roman mengerti, “Baiklah. Kalian tentu heran kenapa aku mendadak sakit di uji coba dulu,” ujarnya, “kurasa itu gara-gara aku mengalami trauma. Dan trauma itu pula yang menyebabkanku kehilangan kemampuan menyetir. Sebuah trauma yang berhubungan dengan masa laluku.”

"Ceritakanlah," Bloody rnenggeser kursinya mendekati Roman, "tumpahkan saja semuanya pada kami. Tidak perlu malu."

Moy dan Lepto juga mendekatkan kursinya ke Roman. Siap mendengarkan.

"Baiklah,” Roman akhirnya mau menceritakannya. Ia memercayai rekan-rekannya, “kalian tahu orang yang dulu melatih para polisi? Namanya Jo Terry. Dia salah satu pembalap nasional yang karirnya sedang menanjak," Roman berkata

"Ya, kami sudah tahu," ujar Moy, "wajah orang itu cukup populer di surat kabar maupun TV. Dia juga sama terkenalnya denganmu."

"Benar. Tapi apa kalian tahu, Jo Terry dan aku tumbuh bersama di dunia balap jalanan? Kurasa tidak. Kami menyimpan rahasia itu rapat-rapat dari media. Hingga sekarang rahasia itu masih tersimpan rapi," Roman menerawang, "tapi kurasa kami melakukannya untuk membuang masa lalu. Bukan menyimpan rahasia."

"Ada sesuatu yang buruk dengan masa lalu kalian?" Bloody bertanya.

Roman tertunduk, “Ya. Semua dimulai dari perkenalan kami dengan gadis itu.”

***


Ingatan Roman melayang ke 7 tahun silam.

Masa ketika dirinya masih menjalani kehidupan SMA. Saat itu bisa dikatakan hidup Roman hanya berisi hura-hura. Pagi asik di sekolah, malamnya jalan-jalan. Seperti halnya remaja lain, Roman pun punya kawan dekat. Kawannya tersebut tidak lain adalah Jo Terry. Saat malam, Roman dan Jo sering menyambangi game center untuk bersenang-senang.

Suatu malam, Roman dan Jo sedang bermain di game center yang sering mereka datangi. Dan seperti biasa, keduanya duduk bersebelahan memainkan permainan balap mobil. Rasanya asik sekali. Semua beban hidup, PR yang menyebalkan dan sebagainya, seolah lenyap begitu saja.

Waktu berlalu tanpa terasa. Jo sudah memenangkan 5 balapan tunggal, dan Roman juga sama. Namun mendadak pandangan Roman tertumbuk pada seorang gadis yang duduk tak jauh dari mereka. Gadis cantik itu tampak sedang memainkan permainan balap mobil yang sama.

“Eh, lihat, dia payah banget …,” bisik Jo pada Roman, “siapa sih?’

“Mana kutahu,” jawab Roman sambil terus menatap diam-diam.

Tiba-tiba wajah gadis itu merengut. Sepertinya ia sadar sedang dipandangi kedua pemuda itu, dan ia tidak suka. Roman dan Jo cepat-cepat mengembalikan mata ke layar game. Keduanya merasa malu. Gadis itu mungkin juga merasa malu karena kalah terus dalam game. Setelah itu keadaan berlalu tanpa ada apa-apa. Aman dan damai. Namun tiba-tiba saja Roman dan Jo terkejut. Gadis itu sudah berdiri di samping mereka.

Lihat selengkapnya