Speeders

Lumba-Lumba
Chapter #24

Lap 23: Speeder-Man vs Perampok Bank (4)

Serentak mobil Roman, Bloody, dan Lepto melesat.

Jo Terry masih terlihat di depan. Jangan sampai penjahat itu lolos. Roman terus mengemudikan jip Moy dengan tangkas. Sungguh tak disadarinya perubahan yang tengah terjadi.

Ia bisa menyetir lagi.

Bahkan sama hebatnya dengan saat merajai sirkuit balap. Tapi Roman benar-benar tak memerhatikan. Ia hanya sibuk mengejar si penjahat. Roman sungguh marah padanya. Ia harus bisa menangkap penjahat itu. Roman mengebut dengan sangat cepat.

Lepto yang melihatnya dari belakang terheran. Satu lagi keajaiban hari ini. Tapi Lepto sendiri juga tengah berbunga. Ternyata keterampilan menyetirnya sangat bagus. Bloody juga. Entah kenapa mereka tak menyadarinya selama ini. Lepto tersenyum-senyum sendiri di belakang setir.

Buekk! Mendadak kepala Lepto serasa pecah. Dongkrak di mobil baru saja ditimpukkan bu Hilda ke kepalanya. Orang bisa tewas ditimpuk seperti itu.

"Pergi! Pergi kau penampakan!" Bu Hilda tampak panik. Ia membaca doa sebanyak-banyaknya. Ia takut melihat Lepto yang berwajah penuh oli, “kembalikan Leptospirosis. Kau apakan dia? Kembalikan dia!”

"Bu, saya Lepto. Bukan penampakan," Lepto berusaha meyakinkan Hilda diantara rasa nyut-nyutan di kepalanya, "saya Lepto, Bu. Leptospirosis asli!"

Hilda menatap Lepto tanpa berkedip. Lama-lama ia sadar. Benar juga. Orang di depannya sepertinya memang Lepto. Hilda mengenali dari topografi wajahnya. Kontur garis-garis wajahnya mirip area yang biasanya digusur untuk pembangunan jalan tol. Berarti itu memang benar Lepto.

"Kita dimana sekarang?" Hilda bertanya, "mana penjahat itu?"

Lepto menunjuk ke depan. Bagian belakang sedan Jo masih jelas terlihat. Penjahat itu sekarang melarikan diri. Entah karena dia merasa terdesak atau apa, Lepto tak tahu. Jangan-jangan penjahat itu merencanakan sesuatu.

Sementara itu Roman tengah menyetir jip dengan konsentrasi penuh. Ia juga masih mengejar Jo. Heh, penjahat itu cepat sekali. Dan ... ah, Roman baru sadar. Ia menatap kedua tangannya yang memegang setir. Kemampuannya ternyata sudah pulih! Roman sangat senang.

Sementara di depannya Jo Terry menggeber gas dengan liar. Ini cukup gawat. Lawannya sekarang adalah Roman Julio. Tampaknya kemampuannya sudah pulih. Jo harus berhati-hati. Apalagi Roman dibantu 2 kawannya yang tidak waras itu. Sedari tadi Jo berusaha meloloskan diri, namun usahanya selalu mentah.

Jo cukup heran. Roman lincah sekali memainkan setirnya. Jo lalu iseng melirik spion. Ia kaget. Pantas saja Roman begitu lincah. Jo melihat ada 4 tangan yang menggerakkan setir! Bukan hanya 2!

"Ah ...," Roman menggeliat. Ia berusaha mengangkat tubuhnya. Dua tangan lain ternyata milik Moy, "Kau di bawahku rupanya!" Roman berkata pada Moy. Ia tidak menyangka, "Kenapa tidak bilang?"

Moy dengan susah payah berpindah ke kursi sebelah, "Sejak kapan orang pingsan bisa ngomong?"

"Maaf, maaf, aku tidak sengaja," Roman menyesal. Ia merasa sudah berbuat tak senonoh pada Moy.

Moy sendiri tak mempedulikan. Gadis itu memegangi kepalanya yang masih pening, "Sekarang dia yang kabur?" Tanyanya sambil menunjuk Jo.

Lihat selengkapnya