Beberapa saat sebelumnya di sirkuit Grand DV-O Championship.
Mobil-mobil balap terlihat mengebut, berdesingan. Saling mendahului untuk menjadi yang terdepan. Suara para penonton di tribun begitu riuh. Mereka menyemangati jagoan masing-masing. Papan-papan sponsor bertebaran di berbagai penjuru sirkuit. Mulai dari pelumas sampai ban mobil, semuanya ada. Tak ketinggalan, para reporter dan wartawan juga datang untuk meliput balapan.
Cuaca terasa cukup panas. Payung penahan terik terkembang di sana-sini. Namun antusiasme orang-orang di arena tersebut terus menggelora. Bahkan tak sedikit penonton yang berdiri tegang menyaksikan balapan. Para pembalap sendiri terus berjuang tampil maksimal. Mobil-mobil mereka berkelebat begitu cepat dan gesit. Di pinggir sirkuit, para anggota tim balap memonitor pembalap masing-masing dengan saksama.
"Hei, hei!" Bos tim Nation Star mencak-mencak pada semua orang, "mana Jo Terry?"
Para anggota tim kebingungan. Mereka tak bisa menjawab.
Berbagai usaha sudah dilakukan untuk mencari Jo. Mulai dari mengontak ponsel sampai mendatangi kediamannya. Tapi hasilnya nihil. Jo Terry seolah lenyap ditelan bumi.
Sebagian anggota tim lalu berdiri menggerombol di depan pintu. Mereka tampak kasak-kusuk dengan tegang. Seragam mereka yang berwarna biru-putih, dengan punggung bertuliskan "Nation Star", terlihat mencolok. Orang-orang itu gelisah dengan ketiadaan Jo dan Roman.
"Bagaimana ini?" Seorang mekanik bertanya pada rekannya. Mereka berdua menganggur. Mobil yang akan dipakai Jo sudah siap dari tadi. Semua persiapan sudah oke.
Rekannya memutar-mutar kunci pas di lantai. Iseng saja daripada jadi gila menunggu, "Entahlah,” sahutnya kemudian, “ini kejadian buruk. Tim kita sudah kehilangan Roman, sekarang ditambah Jo," ujarnya pelan.
Sementara itu 2 perwakilan sponsor sedang berdiri di depan mereka. Salah satunya asik mengawasi balapan dengan saksama melalui teripang eh teropong. Rekannya yang dari tadi memenceti ponsel, kini menoleh padanya dan bertanya.
"Bagaimana kabar si pemula?" Yang dimaksudnya adalah salah satu pembalap di Nation Star. Pembalap itu adalah rekan Jo dalam balapan ini. Namun posisinya bukan pembalap utama.
"Amburadul ...," jawab rekannya sambil terus meneropong, "sekarang di posisi 9."
"Ampun deh. Melorot lagi rupanya," rekannya menyahut dengan masam, "padahal tadi di posisi 7."
"Tenang saja," hibur si peneropong, "lomba baru berjalan 2 lap. Di sirkuit Brasil kemarin, Kimi Raikkonen saja butuh 6 lap untuk naik dari posisi 8 ke 4.”
"Tapi dia bukan Kimi ...," rekannya tak setuju, "lagi pula si pemula itu sepertinya kurang semangat."
"Ini gara-gara Jo Terry!" Bos tim Nation Star tiba-tiba nimbrung, "jika kita tak dapat podium dia harus tanggung jawab. Roman tak ada, Jo juga tidak. Mau jadi apa tim ini?!"
Saat tim Nation Star dilanda kecemasan, teriakan penonton justru makin membahana. Pertandingan berjalan semakin seru. Baru saja mobil balap dari sebuah tim mengalami kecelakaan. Terpuntir dan menabrak pembatas. Korban putaran kedua. Petugas penyelamat segera menolongnya keluar. Pertandingan sendiri terus dilanjutkan.
"... posisi pertama dan kedua masih ditempati para pembalap dari tim Excellent Prime. Sementara posisi ketiga dipegang oleh pembalap tim Luini-McHanson," seorang reporter melaporkan untuk para pemirsa TV.
Balapan sendiri kian memanas. Memasuki lap 3, 2 buah mobil balap mendadak macet. Salah satu pembalapnya mengamuk. Helmnya dibanting begitu saja ke aspal. Para petugas pit stop yang bertebaran di pinggir sirkuit menjadi waspada. Mereka siap memperbaiki mobil balap masing-masing yang bermasalah. Jangan sampai terjadi lagi mobil balap macet mendadak di tengah sirkuit.
Dalam balapan seperti ini, hitungan waktu sangat berarti. Mobil bermasalah harus diperbaiki dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Bos tim Nation Star mendadak komat-kamit. Ia berdoa. Bos itu berharap pembalap andalannya segera muncul. Entah itu Roman atau Jo, terserah. Dan juga entah bagaimana caranya, bos itu akan menyuruh pembalap tersebut masuk ke pertandingan. Mudah-mudahan pengawas balapan memperbolehkan. Anggap saja seperti UAS susulan.
Dan tanpa diduga, doa itu akhirnya terkabul.
Terkabul dengan cara yang aneh.
Dua mobil pribadi tiba-tiba nyelonong masuk ke sirkuit. Rupanya Roman Julio dan Jo Terry telah datang. Mereka berhasil menerobos barikade yang dipasang. Kedua mobil itu jelas pasaran biasa, bukan mobil balap. Satu berjenis sedan, dan satunya jip. Yang jip bertuliskan "Latihan". Orang-orang jelas kaget.
"Usir mereka!" Para petugas keamanan berteriak. Orang-orang tidak terima arena Grand DV-O Championship digunakan latihan nyetir. Namun usaha para petugas tersebut mentah belaka. Kedua mobil itu tak dapat dihentikan. Kecepatan mereka tinggi sekali.
Sedan Dalmatians Lepto tidak tampak datang bersama jip Moy. Sama seperti Bloody, Lepto telah ketinggalan di belakang.
"Siapa itu?" Bos tim Nation Star terbelalak melihat sedan Jo dan jip Moy. Sebuah pertanyaan bodoh. Bukankah ia sendiri yang “mengundang” mereka?
"Hentikan!" Semua orang jadi kerepotan. Mereka kalang kabut. Tak ada polisi satu pun di tempat ini. Itu permintaan pribadi pihak penyelenggara. Di sini hanya memakai petugas sekuriti. Pihak penyelenggara sengaja tak memakai polisi karena tahu kepolisian sedang sibuk menangani perampok bank. Banyak anggota kepolisian yang terpakai tenaga dan waktunya untuk mengamankan berbagai tempat.
Sedan hitam Jo sekarang memasuki sirkuit balap. Ia ikut mengebut diantara mobil-mobil balap yang melesat. Para pembalap tentu saja menjadi heran. Sudah jelas sedan hitam itu bukan peserta. Apakah Safety car? Kelihatannya bukan.
Brak! Jo menyerempet sebuah mobil yang terlalu dekat dengannya. Itu mobil tim Luini-McHanson yang sedang memegang posisi 3. Mobil tersebut langsung melintir hingga keluar sirkuit.
Roman sendiri masih berusaha mengejar Jo. Moy yang ada di sampingnya bergidik ngeri. Semua mobil di sini melaju dengan kecepatan tinggi.
Kenapa Jo masuk ke sirkuit Grand DV-O?