Semakin lelah, Mikoto memegangi kepalanya. Ia mengusap rambutnya dengan keras, seperti ingin mengelupas rasa frustrasi yang menggerogoti batin. Ekspresinya tak lagi seperti manusia normal—lebih menyerupai orang gila yang tersesat dalam pikirannya sendiri.
Uang seratus ribu, yang mestinya cukup setidaknya untuk seminggu bila ia hemat, lenyap dalam 17 menit. Bukan karena boros, tapi karena terlalu sibuk mencari pembenaran dari suatu hal yang jelas-jelas salah.
"Sial.... Sial..... Hiks... ARGHHHHHH!!!!" gumam Mikoto
Ia menyesali perbuatannya. Namun siapa sangka? Yang lebih besar dari sesalnya adalah rasa tidak terima. Ego yang berbisik, “Coba lagi. Sekali lagi. Kali ini pasti menang.”
Bukan lagi ego, namun suara itu jelas bergumam di telinga Mikoto. Persis seperti suara misterius yang selama ini menghantuinya. Satu ide terbesit dalam pikirannya.
Bukan ide baik yang menyelamatkan, tapi ide buruk yang menenggelamkan.
Dengan tangan gemetar, ia keluar dari browser dan situs slot. Lalu membuka aplikasi pesan, menghubungi temannya, Narumi.
Narumi adalah teman sekolahnya dulu. Ia bekerja di sebuah kota yang jauh dari Cidare. Meski rata-rata penghasilan di kota tersebut rendah, Narumi terbilang pintar menyimpan uang.
Kadang kala, Narumi menjadi "pemberi modal" untuk Mikoto. Seringkali meminjam dan mengembalikan. Tapi itu sebelum titik terendah Mikoto datang.
Kini sayangnya, Narumi tak bisa dihubungi via telepon. Sehingga memaksa Mikoto berbicara melalui pesan teks.
(Isi dalam pesan teks)
Mikoto: “Bro, gue pinjem duit dong. Lagi butuh banget ini... bisa nggak?”
Narumi: “Berapa bro? Keknya gue juga lagi seret.”
Dalam hati Mikoto, awalnya ia hanya ingin meminjam seratus ribu. Sekadar “balas dendam kecil” lalu berhenti. Tapi jemarinya tak menuruti logika itu.
Mikoto: “Satu juta ada nggak, bro? Maaf banget nih...”
Narumi: “Ada, bos. Tapi bulan depan bisa langsung ganti gak? Gue ada cicilan motor jatuh tempo.”
Narumi memberi tekanan, tapi Mikoto tak peduli.
Mikoto: “Tenang aja. Gajian nanti gue balikin semuanya, janji.”
(Pesan teks berakhir)
Begitu uang masuk ke dompet digitalnya, Mikoto langsung kembali ke arena. Dragon Ways masih terbuka. Tanpa pikir panjang Mikoto memulai siklus iblis dalam hidupnya.
Kesempatan terbuka, antara menang sementara, dan kalah selamanya.
Cling... cling...
Mikoto mulai memutar uang hasil pinjaman dari Narumi. Ia optimis, hatinya menggebu-gebu. Tak sabar ingin melakukan penarikan dana atas kemenangan yang dinantikannya.
Mulai dari Bet 10 ribu, putaran demi putaran dilahap Dragon Ways tanpa jeda.
Cling... Big Win!!!....
"Mampus!! Lumayan naik dua juta, ini bisa nih gue tarik sejuta buat balikin langsung ke Narumi!" ujar Mikoto dalam hati.
Tetapi pemegang kontrol atas dosa besar ketamakan Mikoto tak merestuinya. Kali ini ia pasang bet lebih tinggi—50 ribu. Mata menajam, napas tak beraturan.
Cling... cling... cling...
"Apa-apaan nih? Masak tadi naik seratus persen sekarang tinggal 500 ribu. Anjing banget nih game!" Mikoto bergumam kesal.
Saldonya yang sudah bertambah 2x lipat kini tersisa 500 ribu. Dia hampir kalah, atau bahkan sudah?