Spooky Stories: Haunted School

Noura Publishing
Chapter #2

Museum Tua Belanda

Hari ini sekolahku melakukan perjalanan ke museum tua peninggalan Belanda. Setidaknya kegiatan ini lebih menyenangkan dan membuatku bergairah ketimbang harus mendengarkan ocehan Mrs. Ira, guru Sejarah-ku, dan buku keramatnya.

Mini bus yang telah disiapkan oleh sekolah untuk mengantar kami ke museum tua Belanda telah sampai. Kami berbaris dan masuk ke dalam bus dengan tertib. Tempat duduk kami sudah ditentukan oleh Mrs. Ira. Parahnya, aku mendapat tempat duduk bersama Willy, si Culun yang terkenal sering mual jika melakukan perjalanan de­ngan bus.

Aku duduk setelah Willy duduk di pinggir jendela. Dia menyapaku dengan senyum konyolnya. Aku mendelik ke arahnya seraya mengancam, “Awas, ya, jangan sampai muntah di samping aku!” dan segera memalingkan wajah. Dia hanya mengangguk-anggukkan kepala dan berpaling menatap pemandangan di luar jendela. Entah sampai berapa lama dia akan bertahan dengan udara AC bus.

Sepuluh menit telah berlalu. Aku melirik Willy yang masih tenang dalam posisinya. Bagus! Aku sudah mulai bisa santai di tempat dudukku.

“Murid-Murid, sebentar lagi kita akan sampai di museum tua Belanda. Harap siapkan segala peralatan yang kalian perlukan nanti di dalam museum. Ingat, apa yang akan Ibu terangkan di sini akan Ibu gunakan lagi sebagai soal ulangan harian Sejarah yang ketiga! Jadi, pasang telinga baik-baik dan jangan bercanda!” jelas Mrs. Ira dengan singkat, padat, dan jelas.

Aku segera mengambil tas ransel dan hendak bangkit sebelum akhirnya Willy memuntahkan sesuatu yang mengenai rokku. Sontak aku berteriak histeris karena merasa jijik. Seisi bus langsung memandangku aneh dan sesaat kemudian berubah menjadi jijik.

“Aaa … Willy, apa yang kaulakukan? Kau mengotori rokku!”

“Ma … ma … maaf, El. Aku udah enggak bisa tahan lagi,” Willy menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Tapi, enggak usah muntah di rokku juga, kali. Bau banget lagi ini. Kamu habis makan apa, sih?” Aku mendelikkan mata dengan garang. Willy tak berani menatapku. Yang keluar dari mulutnya hanya kalimat permintaan maaf.

Lihat selengkapnya