Samantha menggertakkan giginya berkali-kali setiap angin dingin menerpa kedua pipinya. Seharusnya, Maret menjadi bulan yang mulai menghangat. Tapi tahun ini berbeda. Di beberapa negara eropa, salju masih menampakkan kilau putihnya. Begitu juga di Jerman, tempat Samantha tinggal. Ketika pagi hari, suhu masih berkisar di angka minus delapan derajat celcius. Sedangkan menjelang siang seperti sekarang ini, thermometer hanya bergerak sampai angka lima derajat celcius.
Meskipun begitu, Samantha harus memenuhi janjinya untuk mengisi persediaan bahan makanan di dapur yang nyaris kosong. Beberapa hari ini, ia sedang memikirkan banyak hal. Gurat lelah Nampak jelas di matanya. Ada satu hal di antara lain hal lainnya yang membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kemampuan yang dianugrahkan Tuhan padanya, kerap kali membuatnya berkubang dalam kesedihan dan membuatnya selalu sendiri.
Gadis berparas cantik yang memiliki rambut sebahu berwarna coklat dengan mata hazel yang bulat itu mampu mengingat semua kehidupan lampau yang pernah dijalaninya. Orang menyebutnya reinkarnasi.
Kaki jenjangnya mengayun pasti menyusuri trotoar yang basah karena lelehan salju. Tas belanja beroda yang ia seret menciptakan suara decitan tiap kali bertemu dengan kerikil. Lalu ketika ia telah sampai di supermarket yang ditujunya, ada sebuah suara yang tidak asing memanggil namanya.
"Samantha!"
Samantha menoleh ke sumber suara, Nampak seorang gadis berpawakan agak gemuk dengan lesung pipit yang terlihat jelas setiap kali ia tersenyum. Claire, sahabat dari kecil yang selalu mempercayai proses reinkarnasinya.
"Claire, kebetulan sekali kita bertemu di sini." Ujar Samantha sebelum ia memasukkan koin sebesar 1 euro untuk membuka kunci rantai dari kereta belanja yang akan ia gunakan. Nanti jika ia selesai berbelanja dan meletakkan kembali rantai ke kotak kecil di dekat pegangan keretanya, maka koin itu akan kembali lagi.
"Ya, ibuku lupa membeli tisu toilet. Aku disuruh untuk membelinya dengan imbalan satu potong kue keju." Jawab Claire dengan dahi berkerut.
"Lalu kenapa kau seperti tidak suka? Bukannya kue keju adalah favoritmu?" Tanya Samantha. "Tunggu, aku akan menaruh botol-botol ini di mesin."
Claire dengan setia menunggu Samantha yang sedang serius memasukkan botol satu persatu ke dalam sebuah mesin besar yang dikhususkan untuk membuang botol bekas. Setelah selesai memasukkan semua botol, mesin akan menghitung jumlah botol dan menghargainya dengan nominal euro yang bisa ditukarkan dengan uang di kasir.
"Sam, kau semalaman tidak tidur lagi ya?" Claire langsung menuduh sahabatnya itu begitu melihat bayangan hitam di bawah mata Samantha.
"Apakah terlihat sejelas itu?" Tangan Samantha refleks mengusap bawah matanya.
"Tidak sih, tapi aku kan sahabatmu. Aku bisa melihat setiap jengkal dari dirimu."
Samantha tergelak mendengar Claire. Sambil terus bercerita, mereka mengitari rak yang terjajar rapi di dalam supermarket. Sesekali Claire yang ekspresif memekik pelan karena cerita Samantha, sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi tegang lalu kembali tergelak sambil memukul pelan bahu Samantha. Begitulah seorang Claire, dia selalu menjadi pelengkap bagi Samantha yang pendiam.
…