November 2054
"Ikura, ingatkan aku satu jam sebelum pertunjukan musik itu dimulai," kata Yuko. Setelah mendengar balasan mengiakan dari Ikura, Yuko memejamkan mata, merendam diri di bathtub berisi air hangat beraroma mawar. Sayup-sayup terdengar alunan musik jazz lembut yang membuat wanita itu semakin relaks. Dia sesekali bersenandung lirih mengikuti irama lagu.
Yuko sangat menikmati waktu mandi sore ini. Rasa lelah selepas bekerja seharian seolah larut dalam hangatnya air yang merendam tubuh. Saat-saat seperti inilah yang membuat wanita itu bersyukur mempunyai pekerjaan dengan penghasilan besar. Walaupun dia tak menyukai pekerjaannya, itulah yang membuatnya mampu membeli apartemen dengan fasilitas serba canggih ini.
Agenda berendam Yuko selesai ketika Ikura mengingatkan wanita itu untuk segera bersiap. Malam nanti, Yuko akan pergi ke Eikyō Music untuk menyaksikan pertunjukan musik murid-murid di sana. Acara itu dimulai pukul tujuh malam. Namun, hadirin sudah boleh masuk sejak pukul enam sore, tepat satu jam lagi.
Berbalut handuk di badan dan rambut, Yuko melangkah pelan ke area kamar tidur. "Ikura, aku ingin memberi hadiah kecil untuk Nara."
"Hadiah apa?" tanya Ikura.
"Entahlah, menurutmu apa yang cocok?"
"Kotak musik mungkin cocok, karena Nara-san adalah musisi." Ikura memunculkan layar hologram berisi gambar kotak musik berbagai model di depan Yuko. Hologram itu diproyeksikan dari alat mirip senter kecil yang terpasang di langit-langit ruangan.
Yuko diam sejenak sambil menimbang-nimbang. "Tidak, aku ingin memberinya hadiah lain."
Ikura menampilkan beberapa gambar bunga. "Bagaimana kalau bunga? Semua ini dijual di toko dekat sini, produk baru."
"Itu semua bunga asli? Apa itu hidup?"
"Ya, hasil rekayasa genetika sehingga pohonnya tak akan tumbuh besar dan bunganya lebih berwarna-warni."
"Oh, bagus kalau begitu." Yuko menunjuk gambar bunga mawar biru. "Aku suka yang biru itu. Itu saja, antarkan dengan drone sekarang."
"Pengiriman dengan drone tersedia. Tolong masukkan pin pembayaran."
Papan tombol hologram muncul di depan Yuko. Wanita itu lantas menunjuk kombinasi angka dan huruf kata sandinya.
"Pesanan diproses," kata Ikura.
Saat Yuko selesai berpakaian dan berdandan, bel di kamarnya berbunyi, tanda paketnya sudah siap di depan pintu. "Ikura, bawa bunga itu ke sini," perintahnya.
Robot kecil–yang membersihkan apartemen Yuko setiap pagi–melaju cepat ke pintu depan, lalu membawakan bunga itu pada Yuko. Robot itu dikendalikan oleh Ikura berdasarkan perintah Yuko.
"Wah, ini bagus sekali! Aku jadi ingin membeli satu lagi untukku sendiri." Yuko memandangi mawar biru itu, dikemas dalam botol mungil transparan sebagai vasnya. Di dalam botol, terdapat gel bening yang menjaga si pohon tetap hidup dan segar. Meskipun minimalis, botol itu tampak cantik karena mampu membiaskan cahaya beraneka warna.
Beberapa detik Yuko mengamati bunga itu. Namun, dia mengernyitkan alis, lalu memiringkan kepala. "Ikura, apa menurutmu Nara akan suka ini? Apa ini tidak berlebihan?"
"Bunga adalah hadiah yang bagus. Nara-san tak mungkin menolak bunga," jawab Ikura.
"Hmm, aku setuju. Bunga memang bagus, tapi entah kenapa aku merasa hadiah ini agak aneh."
"Kalau begitu, kau bisa memberinya buket bunga."
"Tidak, ini lebih baik daripada buket." Yuko tersenyum tipis. "Kuharap dia luluh. Ikura, aku berangkat sekarang."
"Baik, hati-hati, Yuko-san."
Karena dekat dari apartemennya, Yuko mengendarai sepeda listrik menuju Eikyō Music. Embusan angin dingin musim gugur tak mengganggu wanita itu. Dia sudah mengenakan pakaian hangat, lengkap dengan jaket tebal dan syal.
Kursi-kursi di auditorium Eikyō Music sudah setengah terisi saat Yuko tiba. Wanita itu duduk di barisan tengah, tapi cukup dekat untuk melihat panggung dengan jelas.
"Setengah jam lagi," bisik Yuko. Dia duduk santai seraya memainkan ponsel, sesekali mengamati bunga di pangkuan.
Tepat pukul tujuh, lampu-lampu yang menerangi kursi penonton diredupkan. Pencahayaan terfokus ke panggung. Pemuda-pemudi yang akan tampil mulai mengatur posisi di panggung, siap dengan instrumen masing-masing.
Penampil pertama adalah grup chamber orchestra yang terdiri dari tiga belas orang remaja dan anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun. Mereka semua tampak elegan. Perempuan mengenakan gaun berwarna putih nan anggun, sedangkan laki-laki terlihat gagah dengan setelan jas berwarna hitam.
[Chamber orchestra = grup orkestra beranggota kurang dari tiga puluh orang]
Musik mengalun indah ketika mereka mulai memainkan instrumen masing-masing. Suara piano, gitar, perkusi, serta alat musik gesek seperti biola, viola, dan cello berpadu harmonis, begitu pula dengan para penyanyi. Di beberapa bagian, anak-anak yang lebih mahir menunjukkan kepiawaian mereka dengan permainan solo yang mengundang decak kagum para pendengar.