Munich, Januari 2055
Nara berjalan di tengah kerumunan sambil menoleh kian kemari. Dia baru saja keluar dari Munich Central Station setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit dari Munich International Airport. Dia berharap segera dijemput oleh Johann, temannya. Berada di area terbuka saat musim dingin membuat Nara merasa tidak nyaman meskipun sudah berpakaian ekstra tebal. Ditambah lagi, dia lelah menggendong tas berat berisi gitar seraya menyeret koper.
Nara mendengar suara berat yang tak asing memanggilnya. Dia menoleh ke sumber suara itu. "Ah, Johann! Halo," sapa Nara.
Seorang pria jangkung dengan berewok lebat dan rambut gondrong menghampiri Nara. Dia adalah Johann, rekan band Nara di Sefirot. "Halo, Nara. Mobilku di sebelah sana, ayo."
Mereka bercakap dalam bahasa Jerman sembari berjalan menuju mobil Johann. Nara fasih berbahasa Jerman. Selain Jerman, pria itu juga bisa berbahasa Inggris, Belanda, Jepang, dan tentu saja Indonesia.
"Huh, untung saja kau cepat menjemputku." Nara meletakkan barang-barangnya di mobil, lalu duduk di kursi depan. "Perjalanan dari Kyoto sangat melelahkan."
Johann tergelak, lantas mulai mengemudikan mobil menuju rumahnya. "Menemukanmu tidak susah karena kau satu-satunya yang membawa tas gitar sebesar itu. Lagi pula, salahmu sendiri karena tidak mau menetap di Muenchen," guraunya.
"Salahkan tur kita ke Jepang, aku jadi jatuh cinta pada negara itu," kenang Nara. Dia tersenyum, menatap kompleks pertokoan di pinggir jalan yang berselimut salju.
Empat tahun lalu, Sefirot tampil di beberapa negara di Asia, termasuk Jepang. Nara amat terpesona pada suasana Jepang. Dia lantas memutuskan untuk pindah ke Kyoto dan berkarir di kota indah nan maju itu.
"Bagaimana kehidupanmu di sana?" tanya Johann.
"Semakin baik, aku mulai terkenal di sana."
"Karena band-mu?"
"Ya, kami sebentar lagi akan merilis album baru. Selain itu, aku juga menjadi komposer untuk sebuah serial anime."
"Itu bagus, mungkin sebentar lagi karirmu akan melonjak."
"Kuharap begitu."
"Kau masih mengajar gitar?"
"Masih, tapi aku cuti sampai selesai tur." Nara melepas topi dan ikat rambut. "Oh, bicara soal album, kapan kita akan membuat album baru untuk Sefirot? Sudah hampir tiga tahun sejak album terakhir kita."
Johann mengelus janggut tebalnya. "Hmm, Franz sudah menulis beberapa lirik, sedangkan aku dan Rafael sering iseng membuat beberapa riff gitar, mungkin bisa dipakai."
[Riff = pola musik, biasanya digunakan sebagai ritme dasar]
"Pasti riff-nya banyak sekali," gurau Nara, dibalas tawa oleh Johann.
"Mungkin tahun depan bisa mulai rekaman," ucap Johann. "Bersiaplah, tulis saja beberapa solo gitar dari sekarang."
"Tentu, aku tidak sabar. Penggemar kita pasti sudah menunggu."
Johann terkekeh. "Terima kasih sudah membawa banyak penggemar. Tidak sia-sia aku merekrutmu."
Nara tersenyum lebar. "Merekrutku adalah keputusan yang tepat."
Popularitas Sefirot sebagai band beraliran extreme metal semakin meningkat sejak Nara bergabung lima tahun lalu. Permainan gitar Nara sangat terpengaruh dari musik jazz, flamenco, dan neoclassical. Dia memadukan itu semua dengan musik extreme metal ala Sefirot, dan terciptalah komposisi musik yang unik yang menjadi ciri khas band itu.
"Ah, kita sampai. Ayo, masuk." Johann membantu Nara membawa koper. Mereka lantas memasuki rumah Johann yang juga dijadikan studio musik. Nara akan menginap di sana selama masa persiapan untuk tur mereka yang akan dimulai dua minggu lagi.
"Istirahatlah, nanti malam kita berlatih," kata Johann. Dia mengantar Nara ke kamar. "Kamarmu yang ini."
"Terima kasih. Aku butuh tidur sebentar."
Perbedaan zona waktu cukup menyulitkan Nara untuk terlelap. Namun, rasa lelah selepas perjalanan panjang memaksa pria itu tidur. Dia tertidur selama beberapa jam, lalu dibangunkan oleh Rafael, temannya.