Sprint (Republish)

Bentang Pustaka
Chapter #2

Pendahuluan

Pada suatu pagi yang mendung pada Mei 2014, John Zeratsky berjalan masuk ke bangunan bercat krem suram di Sunnyvale, California. John berada di sana untuk menghadiri rapat dengan Savioke Labs, salah satu investasi terbaru Google Ventures. Dia mengambil jalan memutar melintasi lorong-lorong yang bagai labirin, dan naik menggunakan tangga untuk menemukan pintu kayu polos bernomor 2B, lalu masuk ke sana.

Saat itu, perusahaan-perusahaan teknologi cenderung sedikit mengecewakan bagi mereka yang berharap akan menemukan mata-mata yang memerah karena sinar komputer, dek berhologram ala Star Trek, atau cetak biru super-rahasia. Sebagian besar Silicon Valley sejatinya adalah kumpulan meja kerja, komputer, dan tumpukan cangkir kopi kertas. Namun, di balik pintu 2B itu ada tumpukan papan sirkuit, potongan tripleks, dan jangkar plastik yang baru saja keluar dari pencetak 3D. Besi-besi untuk solder, bor, dan cetak biru. Ya, cetak biru super-rahasia yang sesungguhnya. “Tempat ini,” pikir John, “terlihat seperti seharusnya penampakan startup.”

Dia lalu melihat mesinnya. Mesin itu berupa silinder setinggi satu meter, ukuran dan bentuknya mirip tong sampah dapur. Bodinya putih berkilat dengan dasar melebar dan sebuah ujung runcing yang elegan. Ada sebuah tatanan komputer kecil yang dilekatkan ke bagian atas, hampir seperti wajah. Mesin ini juga bisa bergerak. Benda itu bisa meluncur ke sekeliling ruangan dengan kekuatannya sendiri.

“Ini adalah robot Relay,” kata Steve Cousins, pendiri dan CEO Savioke. Steve mengenakan jins dan kaus berwarna gelap, dan memiliki aura penuh semangat layaknya guru sains SMP. Dia mengawasi mesin kecil itu dengan penuh kebanggaan. “Dibuat di sini, dari onderdil yang tersedia.”

Robot Relay, terang Steve, dirancang untuk layanan antar di hotel. Robot ini bisa bergerak dan naik lift sendiri, serta membawa barang-barang semisal sikat gigi, handuk, dan camilan ke kamar tamu. Selagi mereka mengamatinya, robot kecil itu bergerak dengan hati-hati di sekitar kursi, kemudian berhenti di dekat colokan listrik.

Savioke (diucapkan seperti “Savvy Oak”) memiliki sebuah tim yang terdiri atas insinyur dan desainer kelas dunia, yang kebanyakan di antara mereka merupakan mantan karyawan Willow Garage, sebuah lab riset robotik swasta terkenal di Silicon Valley. Mereka berbagi visi untuk mewujudkan robot pembantu kehidupan sehari-hari manusia—di restoran, rumah sakit, panti jompo, dan sebagainya.

Steve telah memutuskan untuk mulai dengan hotel karena relatif sederhana, dengan lingkungan yang tak banyak berubah dan masalah yang itu-itu saja: puncak kesibukan setiap pagi hari dan petang saat arus keluar masuk tamu dan permintaan layanan antar tamu membanjir di meja resepsionis. Situasi ini sempurna bagi robot untuk bisa membantu. Bulan berikutnya, robot ini—Relay yang beroperasi secara penuh—akan mulai melayani di hotel sekitar, dengan memberikan layanan antar sesungguhnya bagi tamu sungguhan. Jika seorang tamu lupa membawa sikat gigi atau pisau cukur, robot ini akan membantunya.

Akan tetapi, ada satu masalah. Steve dan timnya khawatir para tamu tidak akan menyukai robot pengantar. Akankah jadi mengerikan atau bahkan menakutkan bagi mereka? Robot merupakan keajaiban teknologi, tetapi Savioke tidak yakin bagaimana mesin itu harus bersikap di sekeliling manusia.

Ada begitu banyak risiko, terang Steve lagi, dan bisa jadi terasa menyeramkan ketika ada mesin yang bisa mengantar handuk. Kepala desainer Savioke, Adrian Canoso, memiliki serangkaian ide untuk membuat Relay terlihat lebih ramah, tetapi tim ini harus memutuskan banyak hal sebelum meluncurkan robot tersebut ke khalayak umum. Bagaimana seharusnya robot ini berkomunikasi dengan tamu? Seberapa banyak karakter yang bisa disematkan tanpa membuatnya jadi berlebihan? “Selain itu juga ada persoalan terkait lift,” ujar Steve.

John mengangguk. “Secara pribadi, saya bahkan merasa kikuk berada di lift bersama orang asing.”

“Tepat sekali.” Steve menepuk Relay. “Apa yang akan terjadi jika Anda memasukkan robot di antaranya?”

Savioke baru menjalankan bisnis tersebut selama beberapa bulan. Mereka berfokus untuk menciptakan desain dan rekayasa yang tepat. Mereka telah menegosiasikan percobaan pertamanya dengan Starwood, sebuah jejaring bisnis perhotelan dengan ratusan hotel. Namun, mereka masih memiliki satu pekerjaan rumah besar. Pertanyaan-pertanyaan sangat penting yang bisa jadi membawa keberhasilan atau justru kegagalan, dan mereka hanya punya waktu beberapa minggu lagi untuk menjawabnya sebelum percobaan pertama dimulai.

Inilah saat yang tepat untuk menerapkan Sprint.

Sprint adalah proses unik lima hari di GV untuk menjawab berbagai pertanyaan krusial melalui penciptaan purwarupa dan pengujian ide dengan konsumen. Sprint terdiri atas strategi bisnis, inovasi, ilmu perilaku, desain, dan sebagainya yang terkenal, dikemas dalam proses langkah per langkah yang bisa diterapkan oleh tim mana saja.

Tim Savioke sudah mempertimbangkan puluhan ide untuk robot mereka, kemudian menggunakan proses pengambilan keputusan yang terstruktur untuk memilih solusi terbaik tanpa mengadakan diskusi kelompok. Mereka membuat purwarupa yang realistis hanya dalam sehari. Dan untuk langkah akhir Sprint-nya, mereka menentukan konsumen target dan membuat sebuah lab riset pengganti di hotel terdekat.

Kami akan senang mengatakan kepada Anda bahwa kami, para penulis, adalah para pahlawan genius dalam kisah ini. Akan sangat menyenangkan jika kami bisa masuk ke sebuah perusahaan dan mendorong lahirnya ide brilian yang akan membuat perusahaan tersebut mengalami kesuksesan besar. Sayangnya, kami bukan para genius semacam itu. Sprint Savioke berhasil karena peran para ahli sungguhan: orang-orang yang sejak awal ada dalam tim tersebut. Kami hanya menunjukkan prosesnya kepada mereka.

Beginilah cerita Sprint Savioke. Dan jika Anda sendiri bukan seorang ahli robot, tak perlu khawatir. Kami menggunakan struktur Sprint yang persis sama dengan yang digunakan untuk peranti lunak, berbagai jenis layanan, pemasaran, dan bidang-bidang lainnya.

Pertama, tim ini mengosongkan satu pekan penuh dalam kalender mereka. Dari Senin sampai Jumat, mereka menunda semua pertemuan, mengatur jawaban otomatis “tidak di kantor” dalam surel mereka, dan benar-benar memfokuskan diri pada satu pertanyaan: Bagaimana seharusnya robot mereka bersikap di sekeliling manusia?

Selanjutnya, mereka menerapkan tenggat. Savioke mengatur sebuah pengujian langsung dengan pihak hotel pada Jumat di minggu Sprint mereka. Kini, tekanan dimulai. Hanya ada empat hari untuk membuat sketsa dan purwarupa solusinya.

Pada Senin, Savioke meninjau kembali semua yang sudah mereka ketahui tentang masalah ini. Steve berbicara tentang pentingnya kepuasan tamu, yang diukur dan dilacak oleh pihak hotel dengan sangat cermat. Jika robot Relay meningkatkan angka kepuasan selama program percobaan pertamanya, pihak hotel akan memesan lebih banyak robot. Namun, jika tidak ada peningkatan atau malah terjadi penurunan angka kepuasan sehingga tidak ada pesanan robot lagi, calon bisnis mereka akan berada dalam situasi yang berbahaya.

Bersama, kami menciptakan peta untuk mengidentifikasi risiko terbesarnya. Anggap saja peta ini sebuah cerita: tamu bertemu dengan robot, robot memberinya sikat gigi, tamu jatuh hati pada robot. Bersamaan dengan itu ada momen-momen kritis saat robot dan tamu berinteraksi untuk kali pertama: bisa jadi di lobi, di lift, di lorong, dan sebagainya. Jadi di mana sebaiknya kami berfokus mencurahkan usaha kami? Dengan hanya lima hari dalam penerapan Sprint, Anda harus berfokus pada target spesifik. Steve memilih momen pengantaran. Lakukan dengan benar maka tamu akan senang; jika buruk, meja resepsionis akan menghabiskan waktu seharian untuk menjawab pertanyaan dari para tamu yang kebingungan.

Satu masalah besar muncul berulang-ulang: tim khawatir membuat robotnya terlihat terlalu pintar. “Kita semua dimanjakan dengan ide robot C-3PO dan WALL-E,” terang Steve. “Kita mengharapkan robot bisa memiliki perasaan, rencana, harapan, dan mimpi. Robot Relay tidak secanggih itu. Kalau ada tamu berbicara kepadanya, dia takkan menjawab. Dan, kalau kami mengecewakan mereka, kami akan gagal.”

Lihat selengkapnya