Darah kering di pelipis pramugari itu telah menciptakan aroma anyir di tubuhnya. Tindak kekerasan dari dua pria berbadan besar itu menyebabkan luka memar baru di sekitar dagu. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, dia masih mampu untuk berlari keluar dari Ghost Hill, sebuah kawasan menakutkan bagi wisatawan yang datang ke Penang.
Siang itu dia terus berlari dan melangkah, tanpa memedulikan luka-luka di kakinya karena menginjak ranting-ranting pohon. Dia melihat seorang anak kecil yang sedang memainkan dedaunan. Anak itu tampak murung dan kesepian. Pramugari mempercepat langkah kakinya dan memanggil anak itu berkali-kali.
“Bawa ponsel ini pergi!” ucapnya sambil menangis. “Saya dalam bahaya.”
Anak laki-laki kecil di hadapannya hanya menatap perempuan dengan baju compang-camping. Wajah anak kecil itu keheranan. Dia menerima ponsel dengan wajah setengah takut. “Kakak ini patung ke1?”