Anjing itu menyalak dan terkaing-kaing setelahnya. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh Mak Jum, anjing-anjing itu bisa dihalauanya. Hanya butuh beberapa detik bagi Mak Jum untuk berpikir. Dalam pikirannya yang pendek, Mak Jum mempunyai cara agar anjing-anjing itu pergi tanpa harus melukai bayi itu. Ia mengejar anjing-anjing itu dengan gancu yang terhunus. Seekor anjing terdekat terkaing-kaing karena satu tusukan gancu berhasil merobek perutnya. Anjing itu berlari tergopoh-gopoh sementara dari balik perutnya yang terluka, darah mengucur dan tumpah di antara tumpukan sampah. Kalau saja anjing-anjing itu binatang yang pintar, melawan satu orang perempuan setengah baya bukan masalah yang sulit, apalagi mereka—anjing-anjing itu tidak sendirian.
Itulah otak anjing. Mak Jum berhasil menyelamatkan bayi itu dan bertekad hendak merawatnya, meski ia sama sekali belum berpengalaman bagaimana caranya merawat bayi.
*****
“Kau hampir dimakan anjing,” terang Mak Jum ketika bayi itu mulai beranjak dewasa. Mak Jum memanggil bayi itu dengan nama Ningsih. Entah dapat wangsit dari mana. Orang-orang, selain Mak Jum tidak berniat merawat bayi itu, tentu saja. Kehidupan serba kurang yang mereka alami tidak memberi kesempatan mereka untuk merawat bayi mana pun kecuali anggota keluarganya sendiri. Mak Jum pun tidak berminat untuk merawat bayi itu sebenarnya, tetapi hati kecilnya tampak terenyuh. Meskipun ia tak mampu, toh, ia akan merawat bayi itu dengan caranya sendiri.
“Kenapa bisa begitu, Mak?” tanya Ning. Usianya baru sepuluh tahun kala itu, tetapi kemolekan tubuh dan wajahnya sudah mulai kentara.
“Karena mak… lupa menutup pintu rumah dan anjing-anjing itu seolah punya alasan untuk mendatangi rumah.” Mak Jum sedang berbohong. Pada kenyataannya tidaklah demikian. Mak Jum bukan sedang ingin mengubur perjalanan hidup Ningsih di masa yang lampau. Hanya saja, menurut pemikirannya, Ningsih belum harus tahu siapa dan bagaimana kehidupan masa bayinya itu, kecuali jika Mak Jum merasa bahwa saatnya sudah sangat tepat.
“Dan anjing itu berhasil masuk ke dalam rumah,” terka Ning.