SUNDAL

Utep Sutiana
Chapter #14

Mama Dahlia

Mat Pelor pernah berkata, dan kata-katanya itu juga diaminkan oleh Cak Peniti, bahwa perempuan paling cantik di Kotakulon dan sekitarnya adalah Mama Dahlia. Perempuan itu adalah sosok panutan yang kecantikannya tidak terbantahkan. Mama Dahlia berhidung bangir, berkulit lembut seperti kulit bayi, bermata sendu dengan bulu mata lentik, dengan bibir merekah sensual. Tidak seorang lelaki pun berkedip ketika pada satu kesempatan bertemu muka dengan perempuan itu di satu tempat. Namun, apa yang dikatakan oleh Mat Pelor dan diaminkan oleh Cak Peniti itu tidak terbukti untuk masa sekarang. Mama Dahlia tidak secantik seperti masa dahulu. Gambaran kecantikan Mama Dahlia kini sudah luruh dimakan oleh waktu.

Ketika Mat Pelor mengatakannya itu adalah ketika Mama Dahlia sedang ranum-ranumnya. Usianya baru tujuh belas tahun kala itu. Berbadan sintal dengan tinggi badan semampai. Kini penggambaran itu seolah telah usang. Mama Dahlia yang sekarang bertubuh tambun dengan lipit lemak di mana-mana. Matanya masih sendu, tetapi kantung matanya sudah menggelambir ditatah usia. Hidungnya yang bangir kini melesak ke samping karena kegagalan operasi plastik yang sempat dilakukannya. Kulit bayinya hanya bisa putih kalau dipoles dengan bedaknya dengan tebal beberapa senti. Sisa kecantikannya lambat laun memudar.

Mama Dahlia beribukan seorang Sinden cantik yang karena kecantikanya itu membuatnya digilai banyak lelaki. Sepanjang ia mentas, lelaki-lelaki berlomba untuk mendapatkan perhatian dari Sinden itu. Sinden itu bernama Kartini Sulastri. Selain cantik, sang Sinden adalah seorang perempuan genit penggoda yang mampu menyihir lelaki mana pun. Tidak perlu ganteng, asalkan lelaki itu berduit, Kartini akan dengan senang hati tidur dengan lelaki itu. Itu berlangsung terus menerus hingga pada akhirnya Kartini kena batunya. Ia mengandung tanpa tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya itu. Sang Sinden tidak ambil pusing perihal siapa ayah dari bayi itu. Kecuali menyesal, ia hampir saja membunuh bayi itu kalau saja sang Dukun Beranak tidak berhasil menggagalkannya ketika bayi itu lahir. Sang Dukun Beranak merawatnya dan memberi nama bayi itu Dahlia. Itulah Mama Dahlia yang dimaksud.

Entah kebetulan atau tidak, seorang istri dari suami yang pernah meniduri Kartini pernah menangkap basah suaminya yang tengah bercinta dengannya itu, perempuan itu marah dan bersumpah bahwa suatu saat, bila Kartini melahirkan seorang bayi perempuan, suatu saat kelak akan menjadi seorang pelacur.

Kartini yang kala itu merasa tidak menyesal akan apa yang telah dilakukan dengan suami perempuan itu, hanya tertawa mengejek. Katanya, “Itu tak akan pernah terjadi, Nyonya. Persetan dengan sumpah serapahmu!”

Lihat selengkapnya