Bahkan Sarah sudah lupa ini hari ke berapa semenjak ia ingin berhenti menjadi wanita penghibur. Yang Sarah ingat setelah hari itu, ia mulai menikmati apa yang dilakukannya. Kini ia merasa bahwa pergumulannya dengan banyak lelaki adalah candu yang tidak bisa dihindari. Benar apa yang dikatakan oleh Mak Jum bahwa tubuh itu candu, seberapa pun kuatnya Sarah mencoba menghindarinya, pada kenyataannya ia tetap gagal. Sebaliknya ia seakan mulai menikmatinya kembali tanpa rasa bersalah.
Keinginan untuk berhenti pudar pada akhirnya. Hingga pada suatu malam yang begitu ajaib, keinginan Sarah untuk berhenti kembali mengudara. Ini ada kaitannya dengan seorang lelaki yang bernama Badra, tamunya yang sama sekali tidak berniat untuk melacurkan diri di tempat hiburan. Terdengar aneh sepertinya. Namun, situasinya memang seperti itu.
Badra muncul dari arah tak terduga. Datang seperti diterbangkan oleh angin dan tiba-tiba tersesat di Rumah Hiburan Malam Mama Dahlia. Badannya tegap dengan wajah sekeras batu, tetapi dengan tatapan sedingin es. Aroma tubuhnya sewangi kasturi, itu yang Sarah ingat, wangi yang tidak dimiliki lelaki mana pun sepanjang ia menjadi wanita penghibur, ketika lelaki itu muncul di bingkai pintu kamarnya tanpa perlu membuka baju. Lelaki itu menatapnya penuh pemakluman. Sarah merasa tiba-tiba risih di hadapannya.
“Apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?” tanya Sarah. Ia hampir melucuti pakaiannya kalau saja Badra menahannya.
“Bisa jadi. Di satu kesempatan yang lalu,” jawabnya membingungkan.
“Aku tak paham maksudmu.”
“Sama tak pahamnya aku dengan apa yang kau katakan.”
Sarah tak paham. Ia menatap wajah lelaki itu penuh selidik. Kumis dan janggutnya yang menyatu mengingatkannya pada sosok gambar wali yang pernah dilihatnya di rumah Mak Jum ketika ia masih kecil.
“Maksudku, apakah aku pernah bertemu denganmu di suatu tempat?” ulang Sarah.
“Tidak. Tentu saja itu tidak pernah terjadi. Bahkan, aku tidak pernah ada di satu tempat yang kau maksudkan itu,” jawab lelaki itu kembali membingungkan Sarah.
Sarah merengut. Ia mencoba-coba menebak jalan pikiran lelaki itu. Ia tak habis pikir, kebanyakan lelaki yang mendatanginya tidak membutuhkan basa-basi terlebih dahulu sebelum menjamahnya. Mereka hanya datang, membuka baju, menjamahnya, kemudian semuanya selesai. Untuk yang satu ini, itu tidak terjadi.
Lelaki itu, mengaku dirinya bernama Badra. Datang ke rumah hiburan malam bukan untuk melacur. Ia mengatakan kepada Sarah bahwa ia hendak menyelamatkan Sarah dari tempat hina ini. Badra bercerita banyak hal perihal ibunya yang ternyata juga seorang wanita penghibur, seperti Sarah. Badra tidak ingin melacur, yang ia inginkan adalah mengubah wanita penghibur, siapa pun itu, yang ia temui, untuk berhenti melakukannya. Dan keinginannya itu kini ia sampirkan di tubuh Sarah.
“Jika kau mengatakannya bukan malam ini, tentu saja aku akan melakukannya tanpa perlu berpikir panjang. Untuk saat ini sepertinya tidak.” Sarah menarik benang ingatannya beberapa bulan ke belakang. Ia telah begitu yakin akan menghentikan semuanya. Sayangnya itu tak terjadi karena Mama Dahlia selalu menggagalkannya. Sebenarnya ia ingin mengulanginya lagi dan lagi. Namun semuanya terlambat. Kini Sarah sudah menikmati semuanya dengan perasaan bahagia tak berkesudahan. Hati nuraninya sudah mati setelah beberapa saat tamparan Mama Dahlia bersarang di kedua pipnya. Ketika semuanya sudah sangat nyaman, lelaki itu datang mengangkat kembali keinginan itu mengemuka.