SUNDAL

Utep Sutiana
Chapter #19

Ini Tentang Bagaimana Sarah Harus Memilih

Sepanjang malam Sarah dibekap oleh rasa gelisah. Pertemuan dengan lelaki beraroma kasturi membuatnya kerap bermimpi. Sepanjang yang Sarah ingat, ia bermimpi hampir tujuh kali sepanjang minggu ini. Itu artinya, Sarah bermimpi dengan mimpi yang sama: Badra datang dengan membawa tiara berwarna kuning benderang. Dalam mimpinya Badra tersenyum dengan rekah sempurna seumpama matahari. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Sarah dalam mimpinya itu kecuali menatapnya dengan keinginan mendekat yang tertahan. Setiap Badra menjulurkan tiara itu ke arahnya, Sarah tertarik ke belakang. Sarah baru sadar bahwa kaki, tubuh, serta kedua tangannya terbelenggu rantai baja yang akan menariknya mundur bila Badra berusaha mendekat. Sarah kerap terbangun dengan perasaan kecewa. Supri yang terganggu tidurnya akan bangkit dan bertanya dengan rasa kesal.

“Mimpi lagi, Sarah? Mimpi yang sama?”

Sarah hanya mengangguk tak berminat menanggapi. Jika ia menceritakan mimpinya, seperti yang sudah-sudah, maka Sarah akan menyambutnya dengan kata-kata panjang lebar yang intinya hanya mengejek.

“Tidurlah, Sarah. Seorang wanita penghibur tak baik banyak berharap,” ucapnya sebelum melanjutkan lelap tidurnya.

 

Mama Dalia berdiri dengan rasa gemas yang hampir meledak. Sepanjang ia mengurus rumah hiburan malamnya tak seorang pun bawahannya yang berani membantah perintahnya. Tidak pula dengan Sarah, sang primadona. Malam tadi Sarah, dengan terang-terangan menolak perintah yang diberikan olehnya. Sarah tidak mau melayani tamu—yang menurut Mama Dahlia adalah lelaki terhormat yang datang dari negeri seberang. Sarah mengatakan bahwa dirinya sedang sakit dan butuh istirahat. Dia tidak peduli siapa pun yang akan membayarnya malam ini. Tidak tuan terhormat itu, tidak pula para pejabat negara langganannya. Semuanya tidak.

Sarah tidak sakit sebenarnya. Ia mulai memikirkan setiap kata yang dilontarkan oleh Badra. Sarah ingin berhenti secepatnya dari pekerjaannya. Bila ia meminta izin langsung kepada Mama Dahlia, tentu saja perempuan itu tidak akan mau. Langsung kabur pun, Sarah tak bisa melakukannya. Satu-satu cara agar keinginannya bisa terlaksana adalah membuat Mama Dahlia muak. Dengan membelot, adalah salah satu rencana Sarah agar perempuan itu muak kepadanya.

“Kau keterlaluan Sarah. Tak seorang pun mau menolak lelaki terhormat itu kecuali dirimu. Itu membuat tuan itu berang. Jika mama tak merayu lelaki itu, kau bisa saja malam ini sudah mati terbunuh,” cecar Mama Dahlia.

Lihat selengkapnya