SUNDAL

Utep Sutiana
Chapter #20

Melarikan Diri

Kadang-kadang Sarah ingin mengakhiri hidupnya hari ini juga. Ia sudah terlalu bosan dengan segala kepahitan yang mengimpit hidupnya. Sarah merasa bahwa dengan mengakhiri hidupnya semua akan usai. Namun, ketika ia menimbang-nimbang semuanya, ia akan merasa bahwa jika ia melakukannya itu adalah sebuah kebodohan. Ia tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah salah, kotor, dan menjijikkan. Namun, Tuhan—seperti yang dikatakan oleh Badra—akan selalu menerima kembali hamba-Nya yang mau bertaubat. Oleh karena itu Sarah berpikir ulang untuk tidak melakukan kebodohan itu.

Sarah sudah memutuskan bahwa ia akan berhenti, tak peduli Mama Dahlia akan membunuhnya bila sampai mengetahui rencananya. Jika ia mati dibunuh oleh Mama Dahlia, itu jauh lebih terhormat ketimbang harus mati dengan cara bunuh diri. Jikapun Mama Dahlia tidak sampai mengendus akan apa yang direncanakannya, Sarah akan pergi dengan diam-diam dari rumah hiburan malam itu. Malam ini. Mencari keberadaan Badra, atau ke mana pun, asal ia bisa keluar dari tempat jahanam ini. Itu tekad Sarah. Tanpa sepengetahuan Sarah, semesta mengamininya.

Pada pukul satu dini hari, Sarah melompat dari jendela kamarnya sementara Supri sedang tidak ada bersamanya di kamar, kemudian mendapatkan sebuah keberanian yang muncul tiba-tiba ketika kakinya menginjak tanah di pelataran luar. Jengkerik berhenti mengerik. Burung-burung gagak yang biasa berkoak-koak tiba-tiba terdiam seolah takzim dengan apa yang dilakukan oleh Sarah malam ini. Cuaca tampak tenang walau beberapa saat lalu terdengar dengus napas tersengal dari beberapa dinding kamar yang berderet. Sarah menajamkan pendengarannya dan mengendus dengan tajam suara apa pun yang terdengar mencurigakan.

Bulan tengah berbahagia. Cahayanya yang benderang mengantar langkah Sarah tanpa ketakutan. Alam berkonpirasi dengannya hingga semuanya terjadi begitu sangat mudah. Sarah menyadari kekuatan dalam dirinya. Tanpa rasa takut, tanpa kecemasan. Sepanjang Sarah melangkah tak ada seorang pun yang berselisih jalan dengannya. Orang-orang sepertinya sedang ditakdirkan menjauh dari arah jalan yang dilalui oleh Sarah. Bahkan, beberapa ekor anjing yang biasa berkeliaran dan menyalak bila berpapasan dengan setan ataupun manusia di sekitar tempat itu seolah hilang begitu saja. Sarah tak perlu mengenda-endap karena tidak satu pun aral yang mungkin akan mengadangnya.

Sarah mendapatkan peluhnya bercucuran tak terkendali. Dinginnya dini hari sama sekali tidak membuat tubuhnya kedinginan. Bahkan ia merasa dirinya sedang terbakar oleh api semangat yang menggelegak. Sarah menghentikan langkahnya untuk sementara waktu. Tak banyak barang yang dibawanya kecuali buntelan kain usang yang di dalamnya ada beberapa potong pakaian, dua kotak perhiasan, dan sejumlah uang untuk bekal perjalanan. Penghasilan Sarah adalah yang terbanyak, tetapi sama sekali ia tak berani menyentuhnya kecuali memberikan semuanya kepada Mama Dahlia. Mama Dahlia kerap berkata bahwa Sarah tidak harus menyimpan banyak uang di kamarnya kecuali ia menyimpannya untuk suatu saat Sarah membutuhkannya. Bahkan sekadar kebutuhan hidup juga baju dan riasan wajah, Mama Dahlia-lah yang akan mengatur dan menyediakannya. Sarah tak tahu berapa rupiah yang telah dikumpulkannya selama ia menjual tubuhnya.

Lihat selengkapnya