SUNDAL

Utep Sutiana
Chapter #22

Rumah Tanpa Jendela

Ketika Sri tiba, dangau itu hampir rubuh. Sri tak tahu dangau itu ada pemiliknya atau tidak. Sementara Sri berpikir dan bertanya-tanya perihal pemiliknya, hari mulai gelap. Sri tak ingin melanjutkan perjalanannya ketika malam hari mulai datang. Bagaimanapun, malam hari, apalagi di tempat asing seperti ini, berjalan malam hari sendirian terlalu membahayakan diri sendiri. Mungkin saja ada binatang buas yang tiba-tiba datang menyergap, seperti anjing hutan, harimau, ataupun babi hutan, atau juga para penjahat yang hendak mencari peruntungannya. Mengingat itu Sri tampak ketakutan.

Sri memutuskan untuk masuk ke dalam dangau itu sementara malam terus merangkak. Kalaupun, misalnya esok pemiliknya datang dan marah, Sri akan meminta maaf karena memasuki dangau tanpa izin. Sri harus menghabiskan malam ini di dangau ini saja hingga matahari pagi terbit kembali.

Esoknya Sri hampir saja pergi meninggalkan dangau itu kalau saja perutnya tiba-tiba merasa sakit. Sri mengalami kejang yang membuat langkahnya terhuyung-huyung. Ia kembali merebahkan tubuhnya dalam dangau dan menunggu rasa sakit itu segera hilang. Sayangnya, rasa sakit itu bukannya hilang malah semakin bertambah. Niatnya untu pergi hari itu, urung ia lakukan. Justru ia tertahan di dalam dangau itu berhari-hari berikutnya.

Sri tak makan, tetapi, anehnya ia tidak merasa kelaparan. Yang ia lakukan hanya mencari umbi-umbian atau daun-daun yang bisa dimakannya. Bekalnya sudah lama habis kecuali sejumlah uang yang masih tersimpan di dalam buntalan kainnya. Di tempat seperti itu, mana mungkin uang ada gunanya.

Sri tertahan di tempat itu dan berharap pemilik dangau itu muncul dan mengaku sebagai pemiliknya. Namun hal itu tidak terjadi. Dangau itu sepertinya benar-benar tidak ada pemiliknya. Sri pada akhirnya memutuskan bahwa dirinya yang kemudian akan menjadi pemiliknya dan membangunnya.

Lihat selengkapnya