Kematian Kang Rido cepat menyebar. Orang-orang tidak pernah tahu siapa lelaki berpakaian ninja itu. Yang mereka tahu, mungkin juga hanya menebaknya, bahwa lelaki itu ada hubungannya dengan Sri. Bisa jadi itu adalah suami, atau mantan suami, atau kekasih Sri yang tak rela Sri menikah. Mereka seolah jauh lebih tahu dari Srinya sendiri.
Orang-orang mulai berbisik-bisik dan mengolok Sri bahwa perempuan itu pembawa sial bagi kampungnya. Mereka beranggapan bahwa kematian Kang Rido adalah tulah, karena Sri seorang yang dikutuk. Mereka sangat membenci Sri setelah kejadian itu, apalagi sebelum-sebelumnya mereka tahu bahwa suami-suaminya kerap menggoda Sri. Dan itu membuat para perempuan itu cemburu dan marah.
Perempuan itu menganggap Sri pembawa sial. Selain itu, gosip perihal Sri yang seorang wanita penghibur mereka anggap adalah sebuah kebenaran. Oleh karena itulah mereka berencana untuk mengusir perempuan itu dari tempat tinggalnya. Mereka mengatur rencana dengan begitu matang.
Pagi-pagi sekali mereka bergegas, berduyun-duyun menuju rumah Sri. Tidak semuanya perempuan, ada beberapa lelaki yang turut dalam rombongan itu. Mereka bergegas menjelma gerombolan pendemo. Wajah-wajah mereka penuh amarah, penuh kebencian, juga kebengisan.
Mereka berteriak-teriak di depan rumah Sri yang sunyi.
“Sri! Pergi kau dari sini. Dasar perempuan pembawa sial!”
“Sri kau itu perempuan pembunuh. Enyah kau dari sini jauh-jauh. Kami tak mau kampung kami terkena kutuk!”
“Sri jika kau tak pergi! Kami akan membakar rumahmu!”
“Dasar pelacur! Enyah kau dari kehidupan kami. Tubuhmu bau!”
Mereka terus berteriak-teriak kasar. Sri yang masih mengemas dukanya tampak kaget. Tubuhnya gemetaran. Mahoni yang masih tertidur di pangkuannya terbangun kaget dengan suara-suara itu. Sri bangkit dan membuka pintu lantas melongokkan wajahnya.
“Ada apa ini?” tanyanya dengan gemetar.
“Jangan berlagak tolol, Sri. Kau itu pembunuh. Sudah seharusnya kau bertanggung jawab!” teriak dari salah satu mereka.
“Aku tidak melakukannya, Ceu,” bela Sri.
“Bohong! Kau melakukannya karena kau tak sudi menikah dengan Kang Rido, sementara kau tak kuasa menolaknya. Jadi kau suruh orang untuk membunuh Kang Rido!” teriak Ceu Edoh.
“Itu tidak benar, Ceu. Sama sekali aku tidak melakukannya.”
“Mana ada maling mau ngaku!” teriak Neng Lilis.
“Sumpah, Ceu!”
Tidak ada yang mau percaya. Malah sebaliknya mereka mulai mendekat. Mereka mengelilingi gubuk Sri yang kecil itu seolah hendak merubuhkan rumah itu.