Sri dan Patra Berjanji Bertemu

Oleh: Yudhi Herwibowo

Blurb

Sri Haniyah dan Patra adalah kawan dekat sejak kanak-kanak. Di masa Jepang mulai masuk ke Indonesia, Sri ingin mewujudkan mimpinya menjadi penyanyi sandiwara ternama. Hingga suatu hari, Zus Mintje -yang selama ini sering memberinya job menyanyi- menawarinya sebuah pekerjaan menjadi seorang penyanyi sandiwara di Borneo.
Patra dengan berat hati membiarkan Sri -yang diam-diam disukainya itu- pergi. Saat berpisah mereka berjanji akan bertemu kembali. Patra sendiri kemudian termakan untuk mengikuti kerja sukarela, Romusha.
Maka setelah Sri pergi meninggalkan ayah dan 3 saudarinya, tak lama kemudian Patra juga meninggalkan desa untuk bekerja sebagai Romusha.
Saat menunggu di Surabaya, Sri sempat menolong seorang Jepang -yang memiliki wajah dengan bekas luka bakar di pipiny-a dari ganguan perampok. Sebelum orang Jepang itu pergi, Sri bahkan sempat membelikan pakaian bekas untuk orang Jepang itu.
Saat melakukan pemeriksaan sebelum berangkat ke Borneo, Sri hampir gagal karena usianya baru 14 tahun. Namun ternyata salah satu dokter di rumah sakit itu adalah orang Jepang yang diselamatkannya kala itu. Namanya dokter Takeshi Harada.
Sri dan 10 perempuan lainnya akhirnya bernagkat ke Borneo dengan tujuan Telawang. Ia diberi nama Sakura dan ditempatkan di ian-jo, atau asrama yang tertutup.
Saat itulah, Sri menyerahkan surat yang diberikan dokter Takeshi kepada pengelolah ian-jo itu, Tuan Takeda. Sejak itu ia menjadi penyanyi di ian-jo. Ini tentu jauh dari bayangannya. Kini ia bernyanyi di depan serdadu-serdadu Jepang yang mabuk dan memintanya membuka baju. Namun kemudian ia tahu kalau semua mbakyu-mbakyunya di ian-jo telah dijadikan perempuan pemuas nafsu serdadu-serdadu Jepang ini.
Sri berusaha melarikan diri. Saat bertemu dengan Mas Yoyo yang dikenalnya di kapal, ia meminta tolong agar lelaki itu mau membawanya melarikan diri. Mas Yoyo setuju. Namun ternyata ini hanyalah tipuan Mas Yoyo, yang malah menyerahkan Sri pada Tuan Takeda. Ia teryata merupakan satu dari mata-mata sipil yang disebar Jepang. Sejak itulah Sri juga menjadi salah satu perempuan jugun ianfu. Ia nyaris memilih mati karena harus melayani 10-15 laki-laki Jepang setiap harinya.
Sementara Patra yang datang bersama Kardi, Darto dan Sumojo, ternyata bernasif sama dengan Sri. Janji manis Jepang ternyata omong kosong belaka. Jepang mulai memperlakukan para pekerja dengan kejam. Bahkan pekerja yang sakit dan mati hanya dibuang saja di jurang. Para pekerja yang baru datang bahkan menceritakan banyak kejadian buruk yang terjadi pada mereka.
Saat Kardi sakit dan meninggal karena tetanus, Patra kemudian terkena gejala yang sama. Ia mulai berpikir akan bernasif sama seperti Kardi. Namun ia dan 2 kawannya yang juga terkena wabah itu, malah dibawa pergi dengan truk. Perjalanan jauh ini membawa Patra ke Lembaga Eijkman, satu lembaga yang sedang meneliti vaksin tetanus. Patra dan orang-orang yang dibawa ke situ, ternyata akan dijadikan kelinci percobaan.
Sri dan Patra telah masuk ke dalam neraka yang dibuat Jepang. Seiring perasaan putus asa, keduanya mulai merasa saling merindukan, akankah keduanya bisa mewujudkan janji untuk bertemu kembali?

Lihat selengkapnya