Patra tak pernah merasakan lelah seperti ini sebelumnya. Ia sudah sering membantu Ayahnya mengurus sawah-sawahnya yang tersebar di desa. Kadang ia berkerja dari pagi hingga menjelang magrib. Ia tentu lelah saat itu, tapi kini ia tahu kelelahannya saat itu tak ada apa-apanya dengan kelelahannya kali ini.
Kakinya begitu lunglai, bahkan kerap ia melangkah dengan kaki gemetar. Ingin sekali ia duduk dan bersender pada pohon terdekat, tapi ia tak berani. Dua tentara Jepang itu akan segera menendangnya kalau ia melakukan hal itu. Beberapa kawan di sini sudah mengalaminya.
Di rombongan yang lain -rombongan yang datang lebih dulu- Patra sempat melihat seorang pekerja yang jatuih karena kelelahan malah dicambuki berkali-kali. Teriakannya saat itu memecah keheningan, hingga sampai ke telinga Patra dan pekerja lainnya.
“Teruskan kerja kalian! Atau kalian juga akan dicambuk!” Teriak Yono Bejo.
“Brengsek sekali si bangsat itu!” Darto mendesis marah. Terlihat sekali oleh Patra kalau kawannya ini ingin sekali menghajar si jepang ireng itu!
Bagaimana pun Patra tahu, Darto jago berkelahi. Tubuhnya memang sedikit pendek, tapi gempal berisi. Dulu Patra pernah melihatnya berkelahi dengan pemuda lain yang usianya 2 atau 3 tahun di atasnya. Orang itu berhasil memukul badan Darto berkali-kali, tapi Darto seperti bergeming, tak merasakan apa-apa. Ia bahkan malah bisa membalas pukulan-pukulan itu dan memenangkan perkelahian.
Patra yakin, di lain kesempatan Darto pasti akan menghajar si Yono Bejo!
***
Malam harinya semua nampak lelah dan telah berbaring di tikarnya masing-masing.
Patra hampir saja memejamkan mata, saat Darto menyenggol tangannya.
“Tak terasa sudah hampir satu bulan kita di sini,” ujarnya. “Itu artinya sebentar lagi kita akan menerima upah.”
Patra terdiam. Ia tak pernah menghitung hari lagi. Awalnya tentu ia menghitung hari. Dulu seingatnya, mereka akan dibayar perminggu, namun ternyata informasi itu salah. Mereka akan dibayar perbulan. Dan sekarang sudah hampir satu bulan.