"Ah ... gawat."
Aku mendongakan kepalaku ke atas langit, kurasakan tetesan air hujan jatuh dan membasahi wajahku. Cuaca yang tadinya cerah mendadak berubah, langit yang sebelumnya terang sekarang dipenuhi oleh awan hitam.
"Aku harus segera pulang!"
Lari, dengan sekuat tenaga aku mulai berlari. Aku harus bersembunyi, tidak boleh berada di luar ruangan saat hujan. Jantungku mulai berdetak tak karuan, keringat dan air hujan bercampur menjadi satu di tubuhku. Aku mengusap wajahku yang di penuhi air, aku harus berhasil, beberapa meter lagi rumahku akan terlihat.
Seluruh tubuhku basah, tapi sekarang, bukan saatnya untukku memperdulikannya. Aku hanya memikirkan satu hal, satu hal yang sekarang harus dilakukan yaitu berlari dan bersembunyi secepatnya, jangan sampai aku bertemu dengan mereka.
Tinggal sedikit lagi, kumohon. Rumahku sudah terlihat, jangan sampai mereka melihatku duluan. Jangan! jangan sampai, akan berbahaya jika aku terlihat.
Sret! Sret! Sret!
"Gawat padahal tinggal sedikit lagi!"
Aku berbelok arah, segera melompat ke balik pohon dan semak-semak. Napasku sudah tak beraturan, jantungku semakin cepat berdetak. Aku berjongkok menundukan kepala, menyembunyikan tubuhku agar tak terlihat. Semoga tidak ada yang menemukanku, semoga dia tadi tidak melihatku.
Tenang, aku tidak boleh gemetar. Aku harus fokus bersembunyi, jangan sampai terlihat ketakutan.
"Kumohon, pergilah! Pergilah!" gumamku berulang-ulang.
Tubuhku mulai mengigil, tanganku berkerut kedinginan, rambutku lepek dan rasanya bibirku mulai membiru. Hujan semakin deras, itu artinya mereka akan semakin banyak berkeliaran, dan aku akan semakin dalam keadaan berbahaya. Bagaimana ini, apakah aku akan selamat? Oh tidak ... pikiranku semakin kacau, aku tidak bisa berpikir.
Aku menajamkan pendengaranku, berharap suara itu tidak ada, mereka tidak ada di sekelilingku. Setidaknya, itu yang kuinginkan.
Tidak ada! Suaranya benar-benar sudah menghilang, Ragu-ragu aku mengintip di balik semak, memastikan memang tidak ada satupun dari mereka di dekatku.