"Arthaaa !! Buka pintunya!! Aku tahu kamu pasti di dalam." teriakku dengan nada tinggi sambil menggedor pintu apartemennya.
"Aku gak akan berhenti bikin kebisingan di depan pintu, sampai kau menampakkan batang hidungmu!! " teriakku sambil terus memencet bel ruangan itu yang terletak di lantai 5.
Tak lama kemudian, pintu terbuka dan keluarlah sosok pria bertubuh tegap dengan tinggi 170 cm,"Kenapa kamu datang pagi-pagi gini Quinsha? Tak tahukah kau ini masih jam 6 pagi ? Dan bukan waktu yang tepat untuk bertamu ?" tanya laki-laki itu dengan nada kesal, akibat tidurnya terganggu akan kedatanganku.
Tanpa basa basi aku masuk apartemen berukuran minimalis itu dan duduk terdiam di sofa menanti penjelesan dari tunanganku. Namun dia langsung pergi ke kamarnya tanpa menghiraukan keberadaanku.
"Braaakkkkkk" kubanting pintu kamar tepat dihadapannya untuk menyadarkan dia dari sikap acuhnya.
"Apa maksud percakapanmu di telepon tadi malam?" Bentakku dengan sorotan mata tajam.