Ini baru awal perjalanan kita,
kamu akan menemukan hal yang lebih menarik daripada cahayaku
yaitu, keenam bintang lainnya.
**
Pukul dua belas malam, Stara mengerjap membuka kedua matanya. Setelah mengalami tidur yang cukup lama, Stara jadi merasa seperti di rumah, dimana dia akan tertidur selama siang penuh dan akan terbangun ketika malam tiba.
Begitulah cara Stara bekerja.
Setelah memposisikan dirinya untuk duduk, Stara mengedarkan pandangannya dan jatuh pada sosok Jaemin yang tertidur dengan posisi duduk seraya menopang kepalanya di atas meja. Wajahnya damai sekali, membuat kaki Stara bergerak tanpa sadar untuk mendekat.
Stara harus sedikit menunduk untuk mensejajarkan posisinya dengan Jaemin, dia ingin lebih leluasa memperhatikan laki-laki itu. Pandangan Stara jatuh pada telapak tangan Jaemin yang terbuka, telapak tangan itu memerah seperti telah menyentuh permukaan teko panas dengan sengaja. Stara jadi meringis mengingat reaksi Jaemin tadi siang, pasti sakit sekali rasanya.
Stara kembali memperhatikan Jaemin dengan teliti, ternyata ada luka bakar juga pada bagian dalam lengan kanannya. Apa ini karena dirinya juga? Mereka baru bertemu, tapi semuanya sudah seperti ini. Stara jadi bertanya-tanya di dalam hati.
Apa dia mau membantuku?
Stara penasaran, bagaimana rasanya menyentuh kulit wajah Jaemin. Stara harus mengakui bahwa Jaemin dianugerahkan ketampanan yang luar biasa dari Tuhan, sesering apapun Stara memperhatikannya pasti dia tidak akan bosan, karna wajah Jaemin memang tidak pernah membosankan untuk dilihat. Maka, dengan kesadaran penuh Stara menjulurkan tangannya berniat menangkup sebelah pipi Jaemin dengan salah satu tangannya.
Dingin, kontras sekali dengan suhu tubuh Stara yang selalu hangat.
Stara tersentak ketika kedua mata Jaemin terbuka secara tiba-tiba, tanpa peringatan atau mengerjap lebih dulu, langsung terbuka begitu saja.
"Ah, maaf maaf ... aku masih panas ya?" Stara mundur selangkah, menautkan kedua tangannya, merasa bersalah sekaligus takut Jaemin akan kepanasan lagi.
Diluar dugaan, masih dengan posisi kepala di atas meja Jaemin justru menggeleng. "Lo hangat, nggak sepanas tadi."
Diam-diam Stara menghela nafas lega, "suhu tubuh aku udah kembali," tapi, teringat dengan luka bakar pada bagian dalam lengan Jaemin, Stara jadi ingin bertanya lagi, tapi─
"Ini gara-gara gue nahan lo waktu pingsan."
─ Jaemin sudah lebih dulu menjawabnya.
Stara terdiam lagi, semakin merasa bersalah. "Luka itu ... pasti sakit." Dia tertunduk dalam, "aku minta maaf."
Jaemin menegakkan tubuhnya, bersandar pada kursi. Sebuah ringisan kecil tiba-tiba lolos dari bibirnya, membuat Stara menoleh cepat ke arahnya, khawatir.
"Gue nggak apa-apa." Beritahu Jaemin cepat, "mungkin emang bakal ngebekas, tapi lama-lama juga sembuh." Lanjutnya lagi.
Merasa bahwa topik itu tidak perlu di bahas lagi, Stara memutar otak untuk mencari topik lain. "Kenapa nggak tidur lagi?"
"Tidur gue selalu terjaga, denger suara atau gerakan sedikitpun gue pasti kebangun, dan bakal susah buat tidur lagi."
Gadis itu tertunduk lagi, kembali merasa bersalah, "maaf," gumamnya pelan, entah untuk yang keberapa kalinya.
Jaemin berdecak, "berhenti buat minta maaf." Jaemin membenarkan posisi duduknya, lalu merentangkan tangan untuk merilekskan otot-otot tubuhnya. "Gue bakal lebih seneng kalo permintaan maaf itu lo ganti sama penjelasan."
"Aku sekarang ada di mana?" Pertanyaan berbeda topik terlontar begitu saja dari bibir Stara.