Banyak hal yang selalu terjadi tiba-tiba,
seperti sebuah pertemuan misalnya?
dan itu semua terjadi atas garis takdir yang sudah tuhan tentukan.
**
"Jaemin, mau kemana?"
Yang ditanya langsung berbalik, menatap Stara yang kini dalam posisi terlentang─benar-benar terlentang─di satu-satunya sofa yang dimilikinya, gadis itu sudah membuka mata seraya menatap ke arahnya dengan tatapan bertanya.
Jaemin meringis sambil mengusap tengkuknya, karena merasa aneh dengan posisi Stara dia lantas memalingkan wajah seraya berkata. "Bisa duduk nggak? Cara tidur lo ... b─bukannya mau ngelarang, ta─tapi ... gue laki-laki, dan cara tidur lo itu nggak enak banget diliatnya." Disisi lain, Jaemin juga merasa tidak enak karena telah membangunkan tidur nyenyak Stara. "Maaf kalo gue ngebangunin lo."
Stara menggangguk kecil, lalu memposisikan dirinya untuk duduk, sesuai perintah Jaemin. "Mau kemana?" Tanya-nya ulang.
Jaemin menatap lagi ke arah Stara, bersyukur bahwa gadis itu sudah duduk manis di sana. "Gue harus kerja."
Kening gadis itu berlipat, "Sepagi ini?"
"Nganter koran jam empat subuh, terus nganter susu jam lima subuh, dan setengah tujuh gue harus udah stay buat nganter Ajel ke sekolah." Jelas Jaemin singkat, "gue harus pergi sekarang, takut kesiangan."
"Tunggu!" Stara buru-buru bangkit untuk menahan lengan Jaemin, dengan sorot memelas dia memandang manik mata laki-laki itu. "Ara ikut ya, Jaem?"
Jaemin merinding tiba-tiba, mendengar bagaimana cara Stara berbicara tadi terdengar menggelikan dan menggemaskan disaat yang bersamaan.
Tunggu dulu.
Apa tadi Jaemin bilang menggemaskan?!
Sepertinya Jaemin sudah mulai gila sekarang.
Masih dengan posisi lengan ditahan oleh Stara, Jaemin menjawab tegas. "Enggak! Lo disini aja, apa kata tetangga nanti kalo ngeliat lo? Lo aja nggak jelas asal-usulnya nanti mereka malah curiga yang enggak-enggak."
"Ih, Jaemin! Please?"
Dari jarak sedekat ini Jaemin bisa melihat dengan jelas bagaimana cara Stara menatapnya. Bola mata hitam gadis itu berbinar penuh harap disertai dengan tatapan memelas yang terlihat lucu. Sebelum kegilaan Jaemin mulai bertambah, laki-laki itu sudah lebih dulu menangkup wajah Stara dengan telapak tangannya yang besar lalu mendorongnya menjauh.
"Cuci muka sana, belek lo dimana-mana."
Stara langsung berteriak senang, lalu bergegas masuk ke kamar mandi dengan tidak santai. Jaemin yang menyaksikan semua itu hanya bisa menggeleng pelan, lalu bergumam pelan, "kayaknya gue udah mulai sinting sekarang."
"Jaemin?" Stara memunculkan kepalanya di sela-sela pintu kamar mandi, "Ara hari ini pinjem baju Jaemin, ya?"
Ara ... Jaemin ... Ara ... Jaemin.
Jaemin menggeleng keras begitu suara Stara kembali terngiang di kepalanya. Panggilan nama yang digunakan gadis itu membuat Jaemin benar-benar merasa gila, hingga dengan refleks dia berteriak. "Jangan panggil nama gue! Dan terserah lo mau pake apa aja!"
*
Koran sudah selesai di antar, sekarang Jaemin baru saja mengambil persediaan susu yang akan di antar juga kerumah langganan seperti biasa. Jaemin buru-buru mengucapkan terima kasih kepada atasannya dan segera menghampiri Stara yang menunggunya di luar sana.
Gadis itu tidak berhenti tersenyum sejak keluar dari rumah, apakah dia sesenang itu hanya karna Jaemin memperbolehkannya ikut? Jaemin tentu masih tidak nyaman dengan semua ini. Lingkup hidupnya hanya sekitar bekerja agar dia tetap bisa makan setiap hari, tidak ada campur tangan keluarga maupun teman dalam hidupnya, Jaemin benar-benar sendirian.
Hingga dia bertemu Stara yang sudah jelas-jelas berjenis kelamin perempuan. Selama ini, teman laki-laki saja Jaemin tidak punya apalagi teman perempuan? Walaupun Mama Razel selalu bilang kalau Jaemin memiliki senyum yang hangat, tapi tidak mungkin kan Jaemin baper sama wanita paruh baya berusia sekitar 30 tahun lebih itu?
Rasanya sedikit aneh dan berbeda. Jaemin ingin menyuruh Stara pergi saja dan mencari orang lain asal bukan dirinya, tapi seperti ada sebuah ikatan tak terlihat, Jaemin tidak pernah mampu mengatakan itu dan akhirnya dia hanya bisa menerima semua yang terjadi. Stara dengan semua cerita yang masih sulit untuk Jaemin percaya.
"Jaemin!"
Seruan keras Stara mengagetkan Jaemin, gadis itu langsung mengambil alih keranjang susu dari tangan Jaemin. "Ayo pergi, kenapa bengong?"
"Hah?" Jaemin mengerjap bingung. Namun, sedetik kemudian dia langsung berdecak kesal karena melihat penampilan Stara─entah untuk yang keberapa kalinya. "Gue malu loh ngebonceng lo kemana-mana, serius aja." Ungkapnya jujur. Bagaimana tidak, melihat tubuh Stara dibalut kaus putih kebesaran miliknya, disertai dengan celana training berwarna hitam yang jelas-jelas terlihat kebesaran juga─ini sih bukan Stara yang memakai baju, tapi baju yang memakai Stara.
Bibir Stara langsung mengerucut sebal. "Jangan di bahas lagi dong ...." Stara merengek, karena entah untuk yang keberapa kalinya juga, Jaemin sudah mengulang kalimat yang sama. "Kamu harus antar ini, nanti kesiangan." Stara mengangkat keranjang susu di tangannya, berusaha mengalihkan perhatian Jaemin.
"Oh iya," Tidak mau mempermasalahkan soal pakaian itu terlalu lama, akhirnya Jaemin cepat-cepat naik ke sepedanya. "Ayo, nanti telat nganter Ajel."
Mereka mulai mengantar susu-susu tersebut, ada total dua puluh botol sehingga ada dua puluh rumah yang harus mereka datangi. Kali ini bukan Jaemin yang harus menyerahkan susu itu, Stara menawarkan dirinya dengan senang hati untuk turun dan memberikan langsung kepada langganannya, sedangkan Jaemin disuruh untuk duduk saja di sepeda tanpa perlu repot-repot untuk turun.