STARA ; Discovery of Seven Stars

Putri Anjani
Chapter #5

04 : Planning

Jika diibaratkan dengan sesuatu, sepertinya takdirku ini mirip seperti puzzle,

aku sedang menyusun takdirku yang begitu rumit,

agar mendapat pemahaman tentang arti sesungguhnya,

dan jika sudah selesai, takdir ini akan tersusun menjadi sesuatu yang indah bukan?

**

 

Vancouver, Canada.

Ada salah satu rumah paling mencolok di antara jejeran rumah lainnya. Rumah itu berwarna putih─terlihat bersih karena tidak adanya tambahan warna lain ataupun noda-noda di sekitarnya. Seperti terlindung oleh cahaya, rumah itu selalu bersinar di setiap waktunya.

Pemiliknya adalah seorang laki-laki berusia 23 tahun, laki-laki yang sudah tiga tahun lebih berada di negara ini, Canada.

Mark namanya.

Semua orang Vancouver mengganggapnya sebagai God of light from the future, bagaimana dirinya yang mampu bersinar dan juga memiliki kemampuan untuk melihat masa depan seseorang hanya dengan bersentuh tangan.

"Kak Mark, bagaimana masa depanku? Apakah masih sama?" Seorang bocah perempuan menatap Mark dengan serius, sebelah tangannya sedang digenggam oleh Mark─perantara untuknya jika ingin melihat masa depan seseorang.

Sampai beberapa detik selanjutnya, Mark tidak kunjung menjawab. Laki-laki itu masih menggenggam tangan si bocah perempuan sambil terus memandangnya dengan tatapan yang sulit untuk di mengerti. Hingga ketika suara bocah perempuan itu menyentaknya lagi, Mark langsung tersadar.

"Bagaimana?" Tanyanya ulang, membuat Mark tersenyum tiba-tiba─senyum penuh arti.

"Ya, Raiz. Laki-laki itu akan menyatakan perasaannya di bulan Agustus."

"Kak Mark, itu semua benar kan?!" Tanya Raiz girang, dan Mark hanya tersenyum seraya mengangguk kecil untuk menjawabnya.

Raiz adalah gadis kecil berusia 12 tahun, dia sering mengunjungi Mark hanya untuk menanyakan perihal kisah cintanya dengan seorang laki-laki bernama Aidera yang sudah dikaguminya bertahun-tahun. Raiz juga orang pertama yang menyambut kehadiran Mark di Canada, seperti layaknya seorang adik─gadis kecil itu selalu mengunjungi Mark setiap hari hanya untuk mengantarkan makanan dari ibunya.

"Apa Kak Mark tidak menemukan masa depan kita?" Raiz tersenyum malu-malu setelah melontarkan pertanyaan itu.

Dahi Mark berkerut, "Ah, jangan lagi Raiz. Perbedaan umur kita sebelas tahun, kamu yakin masih mau menikahiku?" Ada tawa kecil yang lolos dari bibir Mark ketika mengingat kejadian tiga tahun lalu, dimana pertama kali gadis kecil itu bertemu dengannya, lalu langsung berkata aku ingin bilang pada ibuku, bahwa ketika aku dewasa, aku ingin menikahimu, ketika Mark bertanya kenapa, hanya ada satu alasan lucu dari jawaban Raiz.

Karena Kak Mark ganteng.

Oke, Mark tidak bisa menyalahkan wajahnya yang terlahir seperti ini.

"Aku punya pertanyaan, apa Kak Mark mau menjawabnya?" Raiz bertanya ragu, ada gurat khawatir dari tatapannya, takut Mark akan marah karena dia ingin bertanya, tapi diluar dugaan Mark justru tersenyum kepadanya.

"Biasanya aku tidak pernah menjawab pertanyaan seseorang, tapi karena kamu mirip dengannya, tentu saja aku perbolehkan."

Raiz memekik senang. "Aku selalu ingin mempertanyakan ini, tapi aku tidak pernah berani bertanya. Jadi, kenapa harus daun maple?"

Daun maple, ya?

Mark terkekeh kecil, dirumah ini memang terdapat banyak daun maple. Dimulai dari lukisan besar yang terpajang dibelakang Mark sekarang, pohon maple buatan, dan daun-daun maple pemberian dari orang-orang yang telah dibaca masa depannya. Raiz juga sudah memberikan daun maple kepadanya─yang sekarang berada di atas meja. Mark tidak pernah meminta uang setelah membaca masa depan seseorang, tapi ada saja orang-orang yang ingin memberikan uang mereka secara cuma-cuma. Maka, Mark meminta agar mereka membawakannya daun maple saja daripada memberikannya uang, tentu saja ada alasan tertentu yang akan dia beritahu pada Raiz saat ini.

"Karena dia sangat menyukai daun maple. Mungkin bodoh karena sekarang aku tinggal di negara pemilik daun maple terindah, kamu mungkin bosan karena sering melihat daun itu. Tapi aku nggak pernah merasa bosan, karena untuk alasan yang sama. Aku suka daun maple, karna dia juga menyukainya."

Lihat selengkapnya