Setiap jiwa yang memiliki kemampuan spesial
Akan mendapat hak keistimewaan
Setelah mereka selesai menyelesaikan tugas
Mereka dapat memilih, untuk pulang atau kembali menjadi abadi
∞
"Udah gue duga, kalian terlalu bodoh untuk mengerti maksud dari kalimat gue."
Haechan berkata seraya diselingi tawa, melihat banyaknya lipatan pada dahi Jaemin dan Stara menjadi hiburan sendiri untuknya. "Entah karena bahasa gue yang emang sulit dipahami, atau karena kayak kata gue tadi ... kalian emang bodoh."
"Serius dulu coba, aku penasaran so─"
"Biasanya juga, lo yang nggak pernah bisa serius." Stara langsung mendelik tajam pada si pemilik suara─Jaemin.
Jaemin yang merasa diperhatikan lantas menoleh ke arah Stara dengan sebelah alis yang dinaikkan, "Apa?" Katanya dengan nada menantang.
Mencoba mengabaikan eksistensi Jaemin yang mendadak jadi menyebalkan, Stara lebih memilih untuk kembali bertanya pada Haechan. "Ecan, apa maksudnya ... ingatan manusia?"
Diam-diam, Jaemin juga sedang berpikir keras sekarang. Sejenak dia merasa kesal dengan kemampuannya. Apa dia hanya bisa bermimpi saja?─tentu, bisa melihat suatu kejadian lewat sebuah mimpi memang kemampuan yang menakjubkan, tapi rasanya─jika dibandingkan dengan Haechan, Jaemin seperti bukan apa-apa.
Jika Haechan seperti seseorang yang bisa melihat masa lalu.
Maka Jaemin hanya sebatas upik abu.
Ah tidak, ini bukan Cinderella dan Jaemin juga seorang laki-laki asli. Tidak mungkin perumpamaannya seperti itu.
Tapi, jika berbicara soal masa lalu, Jaemin mendadak jadi teringat kenangan lama. Sejenak dia berpikir, bisakah dia bertukar ingatan dengan Stara? Karena kelihatannya, gadis itu ingin sekali mengingat masa lalunya, sedangkan Jaemin berusaha mati-matian untuk melupakan masa lalunya. Karena, mengingat masa lalu hanya akan membuatnya membuka luka lama.
Tentang keluarganya. Ayah, Ibu dan Kakaknya─Na Jaena.
Juga tentang ... Jeno.
"Gue nggak terlalu yakin, sih." Suara Haechan terdengar lagi, tapi kali ini ragu-ragu─laki-laki itu sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung. "Tapi, penglihatan gue nggak pernah salah─gue mau tanya sesuatu ... sebelum menjalani kehidupan sebagai Bintang, lo itu pernah jadi manusia kan?" Tatapannya jatuh pada Stara.
Gadis itu mengangguk, namun ragu. "Mungkin, iya." Jawabnya tak yakin.
"Hilangin kata mungkin, karena kenyataannya lo memang pernah jadi manusia. Tapi, sama kayak yang gue bilang sebelumnya, lo kehilangan semuanya ... tentang siapa lo di masa lalu, siapa keluarga lo, gimana kehidupan lo di masa lalu, bahkan ingatan tentang bagaimana lo bisa meninggal. Semua ingatan itu ... hilang."
Haechan memperhatikan Stara yang kelihatan bingung, "Itu hasil penglihatan gue." Katanya, memberitahu.
Stara mengerjap polos, "aku nggak tau, Can. Tapi, kayaknya kamu memang bener. Soalnya aku nggak ingat apapun tentang sem─sebenernya ini pembahasan nggak penting." Stara mengubah pembicaraan secara tiba-tiba, "Karena siapapun aku di masa lalu, itu nggak akan pernah merubah takdir apapun. Aku sekarang sebagai Rasi Bintang, dan aku punya tugas yang harus aku selesain, yang terpenting ... tugas itu nggak boleh gagal."
Jaemin berdecak kesal melihat tingkah gadis itu, "Kalo kayak gitu, sekarang lo jelasin sesuatu ke kita! Lo aja nggak pernah kasih tau ke gue, kenapa lo cari tujuh bintang pendamping, sebenernya takdir yang lo maksud itu apa?!"
"Jangan marah-marah sih, Na." Haechan memperingati, kasihan melihat wajah Stara yang sudah tertekuk karna perkataan Jaemin barusan. "Tapi, gue penasaran. Walaupun tanpa bertanya gue udah tau apa jawabannya, tapi gue harus tanyain ini ... apa lo nggak penasaran tentang, siapa lo di masa lalu?"
"Penasaran. Tapi rasa penasaran itu nggak penting sekarang, karena nanti ada yang bisa bawa aku─ah, bukan cuma aku, tapi kalian juga, untuk melihat masa lalu kita masing-masing."
Jaemin dan Haechan tersentak kaget, "Siapa?!"
"Sang Pembuka Portal." Stara tersenyum kecil, "Sekarang, sesuai permintaan Jaemin. Aku bakal jelasin beberapa hal penting sekarang."
Keduanya langsung mengambil posisi senyaman mungkin, mendengar penjelasan Stara seperti mendengar sebuah dongeng. Jadi, mereka harus mendapatkan posisi nyaman agar bisa memahami apa yang Stara katakan.