Aku berlari,
mengikuti aliran arus yang tidak terbaca
menembus gelapnya dunia tanpa tahu arah
Demi sebuah takdir yang tampak tak nyata
di luar itu semua, sekali lagi aku bertanya
apa semua ini akan berakhir bahagia?
∞
"Kemampuan pemimpimu, berkembang lebih cepat dari yang aku bayangkan."
Manik mata Jaemin menyipit untuk melihat titik terang dari cahaya putih di depan sana. Tidak ada siluet siapapun, lantas siapa si pemilik suara yang tadi berbicara kepadanya? Apa Jaemin sedang berhalusinasi?
Jaemin menatap sekeliling, tersadar bahwa sekarang dia berada di suatu ruangan gelap tanpa penerangan apapun, kecuali cahaya tersebut.
"Jaemin." Suara itu terdengar lagi, memanggilnya.
"Siapa?!" Jaemin bersiaga. Kedua matanya semakin menyipit tatkala menerawang ke ujung sana, dia sangat yakin kalau suara tersebut berasal dari cahaya itu, tapi siapa seseorang tersebut?
"Aku benar ternyata, kamu bahkan sudah bisa tersadar di dalam mimpimu sendiri."
"Mi─mimpi?" Jaemin tercekat, "Gue mimpi lagi?"
"Bermimpi, lalu mengendalikan mimpi. Kemampuan mutlak yang dimiliki oleh seorang penunjuk jalan, semua kemampuan membutuhkan waktu untuk bisa dikendalikan. Tapi, jika kamu sudah bisa menguasainya, kamu dapat melihat dan mengendalikan apa yang akan terjadi pada hari esok, tanpa harus bermimpi lagi."
Jaemin tidak mengerti, untuk apa dia diberitahukan hal itu?
"Kamu harus kembali, Jaemin. Kalau kamu terlambat, Zhong Chenle akan benar-benar terbunuh hari ini."
Jaemin tersentak di tempatnya, dia menahan napas tanpa sadar karena telah diingatkan kembali tentang mimpi yang baru saja dia dapatkan sebelum ini.
"JAEMIN!"
"JAEMIN BANGUN!"
Itu suara Stara.
"NA JAEMIN!"
Byur ...
Jaemin terlonjak kaget dari tidurnya, laki-laki itu langsung terduduk cepat begitu hawa dingin menghampirinya. Tadi, Jaemin baru saja bermimpi dan sekarang dia terbangun dengan keadaan basah kuyup─
"Masih hidup ternyata." Suara Haechan menyela, membuat semua teka-teki di kepala Jaemin terpecah belah.
Kedua mata Jaemin memicing sinis ke arah Haechan, ditangan laki-laki itu terdapat sebuah ember yang sudah bisa Jaemin pastikan─menjadi tempat penampung air yang sudah membasahi seluruh tubuhnya. "KENAPA LO NYIRAM GUE?!"
Wajah Jaemin merah padam, percampuran antara malu dan marah.