Stargazing

tanty
Chapter #4

Bab 4 Truly Scorpio

"Hai, Bi!"

Sapanya dengan riang. Cowok itu mendongak tersenyum. Mata coklatnya masih sama seperti kemarin, sayu. Namun senyumyang menghiasi bibirnya seakan menyapu semua layu di wajahseperti bentuk berlian itu.

"Kelamaan nunggu?"

"Nggak kok."

Cowok itu berdiri dari bangku panjang besi di ruang tunggu bandara. Menyongsong gadisimpiannyayang hari ini berpenampilan sederhana. Sama seperti dirinya, hanya membalut tubuh dengan celana jeans dan kaos santai warna putih, menumpuknya dengan jaket kulit warna hitam. 

"Yuk!"

"Kita mau ke mana, Bi?"

"Hari ini lihat matahari ter ... Bareng..."

"Maksudnya?" tanya Shelly, apakah salah mendengarkarena gaduhnya suasana bandara hari ini begitu ramai. Tentu saja setelah mengantar Wisnu untuk pulang kembali ke Jakarta.

"Ikut aja, ok. Dijamin enggak rugi danhei, aku jujur, bukan orang jahat. Okay?" Suara baritonnya meluncur begitu saja, dengan tulus. 

Hampir azan ashar ketika Shelly dan Bintang meninggalkan bandara sore itu.

"Gimana? Kemarin bareng temen-temen?"

"Lumayan, seru."

"Temennya, cowok atau cewek?"

"Umm ...., Bilang enggak ya" Goda Shelly sedikit tersenyum.

"bilang dong, kalo cowok aku cemburu, lho!" Jawabnya cowok itu dengan senyum.

Shelly terkikik, namun jawaban itu meluncur begitu saja, "cewek kok." 

Entah, apa karena ingin Bintang enggan berspekulasi jika jawabannya adalah sebaliknya. Yang jelas, hanya ingin memutus pertanyaan Bintang, yang kali ini jelas menatap sekilas sambil tersenyum.

"Pantes, sms-ku di jawab lamaaa banget. Aku di ceritain nggak?" tanya cowok gondrong itu jahil.

"Kalo di ceritain, nanti mereka naksir, hihihi ...."

"Hahaha! Lho, emangnya kenapa kalo mereka naksir?"

"Males jadi mak comblang." Jawab Shelly asal, masih dengan nada tawanya yang renyah.

"Males atau cemburu?"

"No!" Shelly menutup, muka dengan telapaknya. "Cowok ini pede banget!" gumamnya hampir tidak terdengar. 

Sementara, di balik kemudi, cowok itu terus terus tertawa karena tingkah cewek yang ada di sebelahnya. Mata besar itu kembali menatap jalanan, Shelly jahil membuka laci dasbor yang dipadati oleh kepingan cakram musik. Diambil salah satu dari jejeran itu.

"Nirvana? Grunge juga?"

"Lumayan, suka aja."

"Smells Like Tenn Spirit? Itu aja yang gue tahu."

"Lebih suka The Man Who Sold The World. Kayak, greget banget. Apa lagi kalo denger rekaman aslinya."

"Oh ...."

"Lalu, tangan itu mengambil satu lagi kepingan cakram."

"Oasis, ini album yang ada Wonderwall-nya kan?"

"Yup!"

"Boleh di puter?"

"Boleh. Suka musik juga?"

"Lumayan, suka aja. Dan tahu sebagian. Kalo Oasis. Sedikit banyak si."

Suara musik berputar mengisi ruang pendengaran dua anak manusia itu. Shelly dengan pertanyaannya akan kemana, melihat rambu-rambu jalanan yang belum pernah dilintasinya. 

"Bi, kita mau ke mana si? Masa enggak mau bilang!" 

Sekilas Bintang menatap ramah. "Ke Kaliurang." Jawabnya.

"Oh." Jawabnya gadis itu singkat, lalu menatap jalanan hingga sampai ke tempat tujuan. Terhanyut oleh pemandangan jalan yang berganti diiringi wonderwall dan juga lagu Oasis yang lain—sangat familiar ditelinga.

"Ngantuk?" tanya Bintang ketika memasuki kawasan wisata Kaliurang. Cukup jauh untuk menggapai Merapi. Raja siang masih membagi cahayanya, waktu baru menggelincir sore. Waktu matahari terbenam pun masih lama.  

"Enggak. Kenapa?"

"Aku pikir begitu, karena kamu diem aja sepanjang jalan." Jawab cowok bule itu, tidak menatap, matanya lurus menatap ke depan.

"Apa iya?" pikir Shelly. Bergumam sendirian, kata-katanya seperti tidak terdengar, Bintang tenggelam, fokus melajukan mobil jeep-nya, menaiki bukit yang tidak terlalu terjal. Dan tidak terlalu lebar, hanya bisa untuk satu atau dua mobil. Dan juga jalan yang permukaannya masih terdiri dari batu cadas dan pasir. Membuat guncangan agak kencang di dalam kotak bermesin itu. Hingga berhenti di suatu tempat—tepat sebelum Mata Dewa. Ada beberapa mobil yang terparkir juga di situ, tidak banyak, serta beberapa pedagang kaki lima yang berjejer menjajakan makanan. 

"Turun, yuk!" Bintang menautkan jemarinya, lalu menarik kedua tangannya hingga badannya membungkuk ke arah depan kaca dasbor. "Pegel. Sorry!"

Lihat selengkapnya