Starlight

Dawn Solace
Chapter #7

Catnap

JIKA saja setiap hari seperti hari milik Star. Penuh dengan kerja sambilan dan bermain. Tapi tidak seperti itu. Lev masih harus pergi ke kampus keesokan paginya dan harus puas ketika, di hari yang sangat cerah itu, mata kuliahnya berlangsung sangat lama dan membosankan. Ia sudah menguap berkali-kali walaupun tangannya saling berkejaran mencatat sekumpulan nama yang keluar berulang, formula yang biasa saja dan kurva statistik. Pikirannya lebih tertarik mengikuti lamunannya. Tentang tarian aneh Star kemarin dan bagaimana matahari menyirami sosoknya yang mungil. Pada apel-apel mereka dan pernak-pernik di stan barang antik. Kata-katanya tentang bunglon, lalu sosoknya yang menjauh setelah menyerukan namanya. Lev langsung mengerang bersama seluruh kelas ketika dosennya menyadarkan dengan daftar tugas yang harus mereka siapkan untuk minggu depan. Lalu kelas berakhir menjelang pukul tiga.

Beberapa anak memanggil untuk bergabung di kafetaria, tapi Lev menolak. Seperti yang selama ini ia lakukan. Bilang kalau ia akan mengirim tugas bagiannya malam ini. Kemudian pergi. Tak ada hal yang dihindarinya, hanya saja bekerja dalam kelompok membuatnya tidak nyaman. Bertemu dengan wajah-wajah yang familiar membuatnya tidak nyaman semenjak ia mulai menarik diri dari kehidupan sosial. Bukan berarti Lev tak menyukai mereka. Pertemanan di antara para lelaki selalu menjadi hal yang paling menarik. Lev hanya lebih menyukai kesendiriannya. Beberapa hal membuatnya berpikir seperti itu dan ia mengikutinya. Lalu tanpa terasa ia telah menciptakan jarak dengan dunia di luar kontainernya.

Juga, jika ia ingin terus bermain bersama Star, ia harus segera mencicil tugas-tugasnya. Karena gadis itu selalu datang seenaknya dan mengganggu kalau ia sedang buat peer.

Lev memutuskan ia akan mampir ke perpustakaan kota sebelum pulang. Kakinya bergerak mengambil jalan tercepat karena letak perpustakaan sedikit melenceng dari rute pulangnya yang biasa. Lev baru saja akan berbelok di tikungan ketika ponselnya berbunyi. Ia mengecek untuk melihat apa itu salah satu pesan grupnya. Tapi langsung terkejut melihat foto lain yang muncul. Lev membukanya. Dari Star.

 

[GADIS CANTIK STAR]

Kau tak berusaha menghubungiku?

 

Lev tertawa melihat nama yang muncul di layar ponselnya. “Apa-apaan nama konyol ini.”

Lev akan menggantinya nanti, tapi sekarang ia lebih peduli untuk membalas. Ia berjalan sambil menunduk.

 

[Pemilik Kontainer]

Kau akan datang kalau kau mau.

 

Tanpa sadar Star tersenyum sumringah karena Lev sangat memahami kelakuannya. Dengan cepat jari-jarinya mulai mengetik.

 

[To: Pemilik Kontainer]

Tentu saja. Kau dimana?|


Sedikit terlalu antusias, Star baru saja akan mengirim pesannya, ketika bayangan lewat di depannya. Saat itu ia sedang berdiri di etalase toko bunga tempatnya bekerja. Ia mendongak karena mengira ada pelanggan yang datang. Tapi malah melihat Lev. Berjalan sambil menunduk pada ponsel di tangannya. Mungkin sedang menunggu balasan darinya. Star bersiap memanggil, tapi pemuda itu ternyata berjalan lumayan cepat jadi Star kehilangan kesempatannya.

Tanpa pikir panjang Star langsung berlari ke dalam. Jam kerja paruh waktunya akan selesai dalam sepuluh menit. Gadis itu buru-buru berpamitan pada rekan kerjanya. Ia melempar apronnya begitu saja di meja, lalu menyambar tas di gantungan. Teman-temannya memanggil, bingung dengan sikap gadis itu yang begitu tiba-tiba. Tapi Star tak mendengarkan. Ia sibuk berlari menyusul Lev.

“Lev! Hei!”

Lev berbalik. Terkejut melihat Star yang keluar dari toko bunga. Lalu melambatkan langkahnya untuk menunggu Star. “Kenapa kau keluar dari sana?”

Masih terengah-engah, Star mencoba berbicara di sela-sela napasnya. “Aku? Kerja paruh waktu. Kenapa?”

Lev mendengus tanpa disengaja. Sesuatu melintas di kepalanya. “Kau bekerja di sana dan menyebut Haworthia-ku lidah buaya?”

Lihat selengkapnya